Page 155 - 3 Curut Berkacu
P. 155

 Pelantikan Para Curut Gagah 137
berjaga-jaga memastikan tidak ada senior yang melihat. “Aduh, di mana ya...” ujar Idris sambil menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Coba liat di bawah kain itu!” perintah Sada menunjuk
ke arah ujung bak yang langsung direspon oleh Idris, tapi harapan itu kembali kandas, hasilnya nihil.
“Tidak ada!” sahut Idris dengan wajah penuh kecewa.
Harapan gue menemukan tenda itu pupus sudah. Idris yang masih di atas truk juga terpaku, Sada hanya memandangi gue tanpa kata-kata.
“Wahyu, Wahyu...!” terdengar teriakan Upi dari arah depan truk.
“Ketemu, Yu! Tendanya ada di depan sini nih!” lanjutnya.
Gue segera berlari ke arah teriakan itu. Upi terlihat sedang mengangkat gumpalan kain tebal dengan senyum yang menghiasi bibir tipisnya, dan tak salah lagi bahwa itu tenda yang sejak tadi kami cari-cari.
Dada gue terasa sangat ‘plong’ dari himpitan sesuatu yang sangat berat. Bagaimana tidak, jika gue harus mengganti tenda itu, gue harus menyiapkan duit sedikitnya 750.000 sampai satu juta untuk membeli tenda yang sama, tenda Pramuka ukuran 3x4 meter. Selain itu, gue dan anggota Sangga gue harus rela tidur di bawah tenda terpal biru yang tentunya tidak aman dari terjangan angin malam.
Bima yang semula tertawa-tawa menyindir tenda Sangga gue yang mirip dengan tenda tukang pecel lele, kini bungkam. Sebuah tenda yang cukup besar, lebih besar dari tenda Sangga Bima, kini telah berdiri kokoh dengan sombongnya. “Bim, maaf maaf nih ya, pecel lelenya sudah























































































   153   154   155   156   157