Page 158 - 3 Curut Berkacu
P. 158
140 3 Curut Berkacu
Sangga gue membuat gue kehilangan selera tidur. Gue hanya memandangi wajah-wajah mereka yang tertidur, di antaranya hanya terbaring sambil memandangi HP di tangannya.
“Lagi ngapain, Yu?” tiba-tiba Iqbal muncul dari balik tenda.
“Santai aja, Bal.” jawab gue sedikit terkejut.
“Situ aja yuk!” ajaknya menunjuk ke arah pepohonan rindang tak jauh dari belakang tenda gue.
Gue beranjak mengikuti langkah Iqbal. Kebetulan waktu bebas masih tersisa banyak sebelum aktivitas selanjutnya dimulai. Iqbal duduk di atas dedaunan kering kecoklatan di bawah pohon, gue ikut duduk di sampingnya.
“Huuuuuu...” suara lepasan nafas Iqbal terdengar setelah ia menarik nafas dalam-dalam.
Memang, berada di bawah pohon rindang di siang hari seperti ini sangat tepat, karena di saat seperti inilah pohon sedang berfoto manja, eh maksudnya berfotosintesis, yaitu proses bereaksinya energi cahaya matahari dengan enam molekul karbon dioksida (CO2) dan enam molekul air (H2O) untuk menghasilkan satu molekul glukosa (C6H12O6) dan enam molekul oksigen (O2), dan dari hasil tersebut maka CO2 dikonversikan menjadi glukosa padat untuk dikonsumsi tumbuhan bersama dengan air, sedangkan oksigen (O2) dilepaskan ke udara. Itulah kenapa jika kita berada di bawah pohon saat siang hari terasa lebih segar. Ah, gue malah menjelaskan materi pelajaran Biologi saat Tsanawiyah dulu, hahahaha...
“Huuuu.... enak ya, Bal, udaranya!” seru gue meniru tarikan dan hembusan nafas yang dilakukan Iqbal.