Page 166 - 3 Curut Berkacu
P. 166

 148 3 Curut Berkacu
pembina memecah keriuhan kami seusai upacara pembukaan. Semua menoleh dan suasanya seketika menjadi hening.
“Huuuu... rasa-rasa gak enak nih!” gumam Bima.
“Selow, Bim, baru juga pembukaan!” bisik Iqbal sambil bangkit merapikan berdirinya, membusungkan dada. Tubuhnya gagah terpancar.
“Oke, kami punya punya dua aturan!” lanjut pembina itu.
“Pertama, setiap kalian ingin masuk dan keluar tenda regu, wajib berjalan jongkok minimal lima langkah dari dan ke tenda. Kedua, mulai malam ini, hak dan tanggung jawab hidup kalian, kami ambil alih. Jadi kalian mau melakukan apapun, wajib izin kepada kami! Jelas!” teriaknya lagi.
“Siap, jelas!” jawab kami serentak penuh kepasrahan.
Setelah itu, digantikan oleh pembina lain yang mengambil alih pimpinan. “Siaaaap, grak!” perintahnya. “Hadap serong kanaaaan, grak!” lanjut perintahnya.
“Semua tiarap, kemudian merayap dari sini ke ujung sana, trus kembali lagi ke sini!” teriaknya lagi menunjuk ke arah sebuah pohon besar dekat sebuah fasilitas MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus), setelah kami semua telah menuruti perintahnya untuk posisi tiarap.
Segera, gue dan lainnya juga, menyelipkan ‘kacu’, sebuah istilah dalam gerakan Pramuka untuk setangan leher berbentuk segitiga dengan warna merah dan putih, di sela kedua kancing seragam Pramuka yang gue kenakan. Mulai posisi tiarap setelah minta izin ke pembina dan kemudian melanjutkan gerakan merayap. Gue melakukannya tanpa berpikir panjang; ikhlas, pasrah, dan tabah saja mengikuti

























































































   164   165   166   167   168