Page 174 - 3 Curut Berkacu
P. 174
156 3 Curut Berkacu
nasi yang tersisa kemudian ditotalkan dan mencapai 40 butir.
“Sudah dengar berapa jumlah butir nasi yang tersisa?” kali ini kak Afif yang bersuara dari belakang barisan dengan nada seperti biasanya, gue teringat lagi seekor kucing yang tidak dengan sengaja ekornya keinjek, hehehe... Sekali lagi maaf loh kak Afif!
Tidak ada jawaban, semua diam tertunduk.
“Kalian dengar saya tidaaak!!” kak Afif berteriak lebih keras. Gue membayangkan urat lehernya pasti terlihat jelas.
“Siaaap, dengar, kak!” jawab kami serentak.
“Begitu jawaban kaliaan?!” teriak kak Afif lagi.
Gue bingung, apa yang salah dengan jawaban kami.
Bukannya kami pun menjawab dengan lantang.
“Mana ada prajurit Bhara (singkatan dari Bhayangkara) duduknya membungkuk...” celetuk kak Rizka penuh ‘jutek’.
Celetukannya itu begitu menjengkelkan.
Sadar dengan celetukan menjengkelkan itu, kami
segera menarik badan, membusungkan dada, dan duduk dengan sikap sempurna.
“Jelas saja, kak, mereka bungkuk. Bebannya dilepas jadinya sok dan menyepelekan.” Gumam kak Afif merespon celetukan kak Rizka.
“Pasang semua beban kalian! Dan push-up sesuai jumlah nasi yang kalian sisakan tadi!” lanjut kak Afif.
“Siap, kak! Ijin turun!” tandas kami serentak.
“Ya, silahkan!” balas kak Afif.
Tanpa perintah, Bima seketika mengambil alih
komando penghitungan sekaligus memimpin kami melakukan hukuman push-up.