Page 205 - 3 Curut Berkacu
P. 205
Bunga Bangkai 187
sudah berusaha tampil seperti biasanya, ternyata itu tidak cukup. Gue ingin menjawab ‘iya, Bal, gue baik-baik saja’ tapi gue yakin Iqbal tidak mudah percaya begitu saja.
“Maaf, Bal, tadi gue boong!” gumam gue saat sudah di motor tempat gue parkir, motor Iqbal juga parkir tidak jauh dari tempat gue parkir. Iqbal menghentikan langkahnya, ia menatap gue seakan menunggu kalimat lanjutan gue.
“Sebenarnya, tadi gue lihat kok WA lu tapi gue acuh aja, gue juga sudah mutusin untuk tidak ikut latihan hari ini, dan mungkin untuk seterusnya, tapi entah gue tiba-tiba aja berangkat saat waktu sudah mepet,” lanjut gue.
“Loh, maksud lu apa, Yu?” tanya Iqbal dengan nada sontak.
“Iya, Bal, gue sangat kesel dan emosi!” sanggah gue dengan nada yang tertekan.
“Kesel? Emosi? Sama siapa? Gue?” lanjut tanyanya penuh penasaran.
“Bukan lu, Bal!”
“Jadi gini, kemarin Sabtu kan gue gak ikut latihan di Ambalan gue. Gue tiba-tiba harus ke Depok karena ada urusan, tapi sorenya gue udah balik” jelas gue.
“Terus, masalahnya di mana?”
“Nah, pas gue nyampe di rumah, ada kawan gue yang datang, baru abis latihan langsung ke rumah gue. Dia cerita kalau Kak Bunga itu ngomongin gue saat latihan,” sambung gue.
“Ngomongin apa emang?” tanya Iqbal lagi.
“Jadi ceritanya Kak Bunga itu ngasi pengarahan dan nasehat gitu lah ke anggota-anggota di Ambalan gue, katanya jadi anak Pramuka itu harus sportif, harus saling