Page 208 - 3 Curut Berkacu
P. 208

 190 3 Curut Berkacu
memang sejak awal gak terlalu respek dengan senior itu, dia suka ngeremehin orang dan lagaknya sangat sombong.” “Gak ada yang bisa menentukan hidup kita selain diri kita sendiri, Yu, hanya lu yang bisa memilih apa pun yang ingin lu lakukan yang lu anggap baik untuk diri lu, dan gue gak ingin lu sedih karena Bunga Bangke itu,” Iqbal menarik tubuh gue, dia merangkul gue sangat erat, gue membalas merangkulnya. Beberapa saat kami saling merangkul, perhatian Iqbal membuat gue sesaat lupa tentang Bunga. Dia melepas rangkulannya, kedua tangannya memegang pundak gue, dan dia tersenyum dengan senyum khasnya
ke gue.
“Gue selalu mendukung lu, Yu!”
Kata-kata Iqbal memang tidak banyak, tapi sangat
cukup meredam emosi dan kemarahan gue. Itulah sahabat, selalu ada saat kita dalam senang dan susah. Berulang-ulang Iqbal menyemangati gue, agar tidak putus asa menghadapi ulah si Bunga Bangkai itu, biarlah anjing menggonggong tapi kafilah tetap berlalu.
§§§




























































































   206   207   208   209   210