Page 238 - 3 Curut Berkacu
P. 238

 220 3 Curut Berkacu
sebuah tusuk sate. Dia merangkul pundak gue dan berbisik tepat di telinga kanan gue, “kasih nomor HP sama foto gue aja, Yu!” kemudian dia tertawa kencang.
Receh banget memang jawaban si Bima ini, padahal gue sudah serius nungguin jawaban dia, kami pun tertawa bersama. Bima menertawakan gue yang sedang dilanda asmara, dan gue juga menertawakan dia dengan tingkah konyolnya yang tidak terduga.
“Lagi nertawain apa sih?”
“Ada gosip ya? Gosip apaan?”
Iqbal tiba-tiba saja muncul. Mungkin sejak tadi Iqbal
melihat kami saling tertawa-tawa dan penasaran apa yang lucu. Gue dan Bima saling berpandangan, “gosiiiip?!” kata Bima dan gue hampir bersamaan, kemudian kami lanjut tertawa. Iqbal pun ikut tertawa karena melihat kami berdua tertawa.
Bima menarik pundak gue dan berbisik pelan ke telinga gue, “Eh, cewek yang tadi itu siapa namanya, Yu?” seakan tidak ingin Iqbal mendengarnya. Gue juga balas berbisik di telinga Bima, “Fiera,” jawab gue sangat pelan.
“Ah lu, gak seru, mainnya bisik-bisik!”
“Ada apa sih emang? Cerita dong! Kepo nih!”
Iqbal yang sejak tadi berdiri di hadapan kami, menatap
gue dan Bima bergantian, dahinya mengerut sampai kedua alisnya hampir menyatu, rasa ‘kepo’ tingkat dewa akhirnya merasuki tubuhnya juga.
“Ini loh, Bal, si Wahyu...”
“Kenapa lu, Yu?” sela Iqbal sambil mengalihkan pandangannya ke gue, dan menunggu kalimat Bima selanjutnya.





















































































   236   237   238   239   240