Page 239 - 3 Curut Berkacu
P. 239
Bunga Violet 221
“Dia lagi suka sama cewek, Bal,”
“Katanya sih cakep ceweknya!” lanjut Bima.
“Ciyeee, anak mana ceweknya?” tanya Iqbal. “Ceweknya EMAK lu, Bal!” jawab Bima lantang sambil
cekikikan dan melompat menjauh dari kami, mungkin khawatir bakal dijewer Iqbal.
Gue tidak menduga jawaban Bima membuat gue dan Iqbal seketika tertawa lagi, ditambah gaya tawa ngejeknya yang ngeselin tapi sangat menghibur. Memang dasar bocah badak Jawa satu ini, selalu saja punya cara membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Bima selalu menjadi warna ceria di antara kami. Tak pernah sekalipun tampak di wajahnya raut sedih atau galau, itu tidak ada dalam rumus kehidupan Bima.
“Ah, gak penting lu, ya sudah, ayo kita makan!” ajak Iqbal.
Puas dengan tawa yang mengocok perut kami, Iqbal akhirnya mengajak beranjak menuju Sokin alias ‘soto miskin’ untuk menjejal perut kami yang sejak tadi terguncang-guncang. Kami bergegas ke parkiran dan tak lama kemudian kami pun sudah di warung sokin dengan masing-masing satu mangkuk soto sesuai pesanan.
“Eh, lu tau gak sih?” Bima tiba-tiba bertanya dengan nada yang cukup serius memaksa gue dan Iqbal mengalihkan perhatian dari sedapnya soto yang sedang disantap. “Apaan, Bim?” tanya gue dan Iqbal serempak.
“Gak tau, mangkanya gue nanya!” balasnya singkat kemudian melanjutkan menyeruput kuah soto seakan tak terjadi apa-apa. Setelah itu, langsung tertawa sendirian.
Gue dan Iqbal sejenak terpaku menyaksikan ulah