Page 286 - 3 Curut Berkacu
P. 286

 268 3 Curut Berkacu
Sebuah ember plastik hitam ukuran sedang berisi air bersih juga disediakan untuk kami cuci tangan sebelum makan. Ember ini harus digilir dan diteruskan hingga ujung barisan. Isinya harus cukup untuk semua peserta, makanya setiap orang harus mengira-ngira untuk berhemat menggunakannya. Prinsip kebersihan memang menjadi ‘adat’ di Saka ini.
Saat makan pun, kami dibiarkan mengunyahnya hingga benar-benar hancur sebelum ditelan. Tapi ada yang aneh, kami tidak diperkenankan untuk menyuap makanan sendiri, kami harus saling menyuapi dengan pasangan yang ada di depan kami masing-masing. Hal ini mengajarkan tentang kerjasama dan empati, karena saat kita menyuapi pasangan kita, saat yang sama pula kita harus menerima suapan darinya. Jika tidak dengan kerjasama yang apik, kedua suapan tidak akan berhasil masuk ke mulut masing- masing, bisa saja nyasar ke hidung, ke pipi, dan malah ada sampai ke mata dan kuping.
Suasana santap sore ini cukup riuh, wajah-wajah riang gembira sangat tergambar jelas di wajah kami. Hingga senja pun tiba. Kami bergegas menunaikan shalat magrib berjamaah dan dilanjutkan dengan kegiatan malam berupa pendalaman materi Krida dan SKK Bakti Husada oleh seorang Dokter.
Hari demi hari dengan penuh kegiatan yang menarik dan menantang kami lalui bersama, suasananya penuh keceriaan. Dugaan gue meleset, awalnya gue mengira bahwa tempaan di Saka Bakti Husada ini tidak sekeras saat di Saka Bhayangkara, dipicu dari batu bata pemberat tas carrier yang kami bawa tidak sebanyak di Saka Bhayangkara






























































































   284   285   286   287   288