Page 308 - 3 Curut Berkacu
P. 308
290 3 Curut Berkacu
membuat jantung copot. Untung aja perekatnya masih kuat, gak jadi copot dah!
“Alaaah, cerewet lu, Yu, masih kayak Wahyu yang gue kenal dulu, gak ada yang berubah!” sahut Iqbal menimpali.
“Eh, lu mau gue kasi tahu sesuatu gak, Yu?” Bima nyosor aja sambil mendekat ke gue. Wajah jahilnya terpapar seperti sedang merencanakan sesuatu. “Kasih tahu apa, Bim?” tanya gue heran.
Benar saja, dengan cepat Bima merampas name tag tanda pengenal gue yang menggantung di leher, kemudian berlari ke tengah lapangan utama diikuti Iqbal di belakangnya. Itu tanda pengenal gue sebagai panitia. Tanpa itu, gue tidak akan bebas lalu lalang dan mengakses area Rainas. Tapi yang terpenting, tanpa itu, gue bisa gak dapat jatah makan harian yang tersedia di lima titik yang tersebar dalam area Rainas.
“Woiii, balikin tanda pengenal panita gue!” teriak gue sambil mengejar mereka sampai ke tengah lapangan.
Bima dan Iqbal berlari secepat kuda. Sambil cekikikan, mereka terlihat sangat bahagia sudah berhasil mengerjai gue. Ternyata ini sudah mereka rencanakan. Tak mau kalah, gue pun mengejar mereka dengan sekuat tenaga. Kami saling kejar-kejaran mengitari lapangan utama. Saat Bima hendak gue sekap, ia melempar kartu tanda pengenal itu ke Iqbal, gue pun mengejar Iqbal. Saat Iqbal gue ciduk, ia juga melemparkannya lagi ke Bima. Begitu berulang-ulang. Ini seperti permainan anjing dan kucing yang biasa gue mainkan saat kecil dulu.
Hingga akhirnya gue berhasil merebut kembali kartu