Page 310 - 3 Curut Berkacu
P. 310
292 3 Curut Berkacu
masing-masing. Yang baru saja tiba, masih dengan urusan administrasi pendaftaran ulang atau berbenah setelah perjalanan panjang yang cukup jauh, dari Sabang sampai Marauke.
Dua cewek sedang melintas di hadapan kami. Salah satunya memikat Bima. Dengan modal nekad dan percaya diri tingkat jebol, ia menghampiri cewek itu dan menyalaminya. Tak lama kemudian, ia kembali duduk di samping Iqbal. Dengan bangganya ia memamerkan nomor ponsel cewek itu yang berhasil ia dapatkan.
“Gue berdoa semoga HP Bima ngeheng dan nomor HP cewek itu kehapus,” cibir Iqbal sambil mengangkat kedua tangannya layaknya sedang berdoa. “Aamiin,” sambut gue kemudian tertawa lebar. Bima hanya melirik cemberut.
Gue menghela nafas panjang. “Sore ini langit bersahabat ya,” gumam gue. Iqbal dan Bima pun mengangkat kepala, menatap langit.
“Gak nyangka ya, kita bisa ada di Rainas bareng,” Bima terlihat tidak sedang bercanda. Lengan kirinya dilingkarkan ke pundak Iqbal. Lengan kanan Iqbal pun dilingkarkan ke pundak Bima, sekaligus lengan kirinya ke pundak gue. Kami bertiga saling merangkul.
“Gue kira saat Wahyu keluar dari Saka, kita gak bisa lagi wujudkan cita-cita kita ini bareng lu,” lanjut Bima menatap gue.
“Ternyata salah, ya. Tuhan berkehendak lain, kita masih diberikan kesempatan untuk mewujudkannya. Malah beruntungan Wahyu, dia jadi panitia. Gak harus seleksi, gak harus bayar, modal badan doang, dan malah dibayar lagi.”