Page 311 - 3 Curut Berkacu
P. 311
Sambungnya.
Iqbal tiba-tiba mengeratkan rangkulannya, membuat kepala gue dan Bima ketarik masuk ke bawah ketek dia. Iqbal tertawa terbahak-bahak, seperti merasa puas melihat kedua sahabatnya merintih kesakitan. Kalau gue sih, bukan karena kesakitan, tapi karena gak tahan dengan bau ketek Iqbal yang penuh keringat, hahaha.
“Kalau begitu, selesai Rainas nanti, kita minta oleh- oleh sama Wahyu, setuju kan, Bim?” pekik Iqbal sambil melepaskan rangkulannya.
“Setuju banget, Bal!” sambut Bima tertawa.
“Iya, tenang aja kalian! Duduk manis aja, nanti gue traktir makan sokin masing-masing sepuluh mangkuk ya,” tantang gue.
“Masa sokin sih, yang mahal dikit dong! Pitja, pitja aja,” sahut Bima membantah.
“Gak boleh gitu, Bim!” sela Iqbal.
“Lu macam orang yang dikasi hati minta jantung itu. Maunya lebih-lebih aja. Kita harus hargai dong niat baik Wahyu.”
“Tuh, dengerin, Bim!” sela gue.
“Harus bersyukur, Bim. Wahyu mau ngasih apa juga, itu hak dia. Kita gak boleh memaksa, apalagi Wahyu kan gak ada ayah dan ibu, ya gak, Yu?” sambung Iqbal.
“Ember...,” sahut gue.
“Tapi alangkah baiknya, Yu, jika kita makan pizza, kan kasian Bima juga, dia lagi ngidam pizza, bawaan bayi yang di dalam kandungannya itu tuh,” lanjut Iqbal sambil
Raimuna293