Page 315 - 3 Curut Berkacu
P. 315

 Raimuna297
berlarian, berebut untuk berswafoto dengan Presiden dan Ketua Kwartir Nasional.
Tapi perhatian gue hanya tertuju pada Iqbal.
“Bal, Iqbal... Woiiii!” gue berteriak, melambaikan tangan, berlari meninggalkan barisan gue.
“Baaal, woi, Baaaal, Iqbaaal! Teriak gue lagi. Iqbal terus saja berjalan bersama rombongan Pasukan Panwasnas lainnya. Gue terus mengejarnya, menerobos kerumunan yang sibuk berswafoto. Gue seakan tak mempedulikan keberadaan Presiden dan orang-orang penting lainnya.
“IQBAAAL...!” gue berteriak sekuat mungkin, mencoba mengalahkan suara gemuruh kerumunan.
Barisan rombongan itu menuju ke sebuah bus besar yang telah terparkir tapat di samping koridor lapangan. ‘Kayaknya mereka langsung pergi deh,’ gerutu gue dalam hati, ada kekecewaan yang gue rasakan.
Gue tetap berusaha mengejar sekuat tenaga. Gue berteriak sekeras-kerasnya. Gue melompat-lompat berharap Iqbal menengok dan melihat ke arah gue sebelum memasuki bus itu.
“Baaal, Iqbaaal...!” gue terus berteriak.
Sepertinya Iqbal mendengar teriakan gue kali ini. Ia menoleh ke arah gue, tersenyum dan melambaikan tangannya. “Sorry, Yu, gue duluan ya,” pekiknya singkat.
Gue belum sempat berbicara banyak. Gue ingin berbincang. Gue ingin melontarkan pujian-pujian gue atas keberhasilannya sebagai Paspanwasnas. Entah, gue ingin memeluknya. Namun, kenyataan memutuskan berbeda.
























































































   313   314   315   316   317