Page 89 - 3 Curut Berkacu
P. 89

 Kakek Sotoy 71
Ramayana dengan rok tingginya. Saking tingginya tuh rok, sampe-sampe ujungnya berada jauh di atas lutut. Atau terpaku menyaksikan Mbak-Mbak di XXI yang pakai rok panjang tapi ngebelah gitu sampe hampir ke pinggang.
Pria tua itu kini berdiri tepat di hadapan kami semua. Pandangan matanya tajam, penuh percaya diri. Tubuhnya yang terlihat lusuh terbalut kulit sawo matang yang telah mengeriput menandakan usianya tidak lagi muda, dada yang dibusungkan seoleh berusaha terlihat tegap sambil bersilang tangan.
“Assalamu ‘alaikum,” sapa pria tua itu dengan salam yang lantang.
“Wa alaikum salaam,” jawab kami semua tak kalah lantang.
“Selamat siang, semuanya...,” lanjut ucapan salam pria tua itu yang juga serempak kami jawab, “siaaaaaang!”
“Saya kasi tau ya, kalau saya bilang ‘selamat siang’, yo kamu jawabnya ‘pagi’ dengan lantang, kalau perlu teriaklah sampe suara kamu habis, hahahaha...!” ucap pria tua itu menjelaskan bagaimana kami harus menjawab salam. Bibirnya selalu dipenuhi senyum ceria dan tawa ringan.
“Selamat siang, semuanya...!” ia mengulang sapaan salamnya.
“Pagiiiii....!” Jawab kami dengan sungguh-sungguh lantang dan di antara kami malah memang ada yang berteriak.
Pria tua ini kocak juga ya. Gue rasa dia ingin mengaplikasikan yel-yel penyemangat ala kepolisian. Dan, gue menduga lu yang tidak ngerti akan bingung kenapa ucapan ‘selamat siang’ kudu dibalas dengan ‘selamat

























































































   87   88   89   90   91