Page 90 - 3 Curut Berkacu
P. 90
72 3 Curut Berkacu
pagi’, bukannya ini bentuk inkonsistensi dalam berbuat dan merespon perbuatan? Dia bahkan tidak menjelaskan mengapa kami harus menjawab seperti itu. Tapi, biar gue yang jelasin dah, apa tujuan sebenarnya menjawab sapaan pagi meskipun suasana tidak pagi lagi. Sapaan seperti ini juga sangat sering diterapkan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan.
Pagi hari adalah suasana yang identik dengan kesegaran, keceriaan, dan semangat baru. Setiap pagi kita mengawali ‘hidup’ baru setelah ‘kematian’ sementara, yaitu tidur. Nah, untuk menjaga semangat itu tetap berlangsung dalam suasana apa pun, maka perlu dorongan atau kalau kata anak kuliahan, perlu stimulasi, berupa kata-kata yang memicu semangat itu tetap terjaga. Sapaan pagi inilah bentuk stimulasi itu.
Suasana tiba-tiba saja berubah dengan kehadiran pria tua ini. Semua senior yang sedari tadi berada di depan tidak lagi bersuara, penyampaian materi Krida terjeda seketika, forum seakan diambil alih secara sepihak oleh pria tua kocak ini.
“Perkenalkan ya, nama saya Siswono, dari kampung di Jawa Tengah, saya ini kelahiran tahun 1959” si pria tua memperkenalkan diri. Senyum dan tawa ringan selalu menyertai hampir setiap kalimat yang diucapkan, mungkin memang itu adalah ciri khasnya.
“Ada yang tau umur saya sekarang berapa?” lanjutnya.
Kami semua hanya terdiam, masih terpaku dengan kehadirannya. Baru saja mulai memperkenalkan diri, tapi sudah langsung bertanya aja. Gue menoleh ke arah Iqbal, tanpa kata-kata. Gue juga menoleh ke arah Bima, hanya