Page 94 - 3 Curut Berkacu
P. 94
76 3 Curut Berkacu
“Anjrit lu, Yu. Jangan buat gue ketawa, nape! Hihihi..” protesnya.
Si pria tua itu melongo ke arah kami. “Hei, itu siapa yang ketawa? Memang ada yang lucu yo?” teriaknya memandangi Bima. “Wah, kamu ini kok ketawa sendiri aja? Kalau mau, ke depan sini! Berbagi cerita dengan kawan- kawan kamu!” sambungnya. Kepala pria tua itu mendongak dengan mata tajam. Bima tak bersuara sedikitpun, tak ada respon. Hanya matanya sesekali melirik ke bawah dan ke atas bergantian menandakan ia sedang salah tingkah dan merasa bersalah.
Pria tua itu melanjutkan ceritanya, “saya memiliki tiga ekor anak, yang saya pelihara mulai kecil sampai besar, yang betina malah sudah bunting,” dia tertawa sendiri. “Tapi ini anak manusia loh, bukan binatang! Hahaha...,” sambungnya dengan ketawa lagi, tapi tidak dengan kami. Semua hanya memandangnya aneh. Tidak satu pun yang ikut tertawa.
Gue merasa yang lain juga berpikir sama dengan gue, pria tua aneh yang dikit-dikit tertawa. Dia masih tertawa sendiri. Saat sadar tak satu pun yang ikut tertawa, dia seakan protes. “Kok pada diem?” kata dia dengan mesem lagi. “Gak lucu yo? Hahahaha...,” tapi kali ini kita semua ikut tertawa, “Hahahahaha....”
Suasana menjadi riuh. Gue menyaksikan wajah-wajah yang gembira, atau mungkin tepatnya wajah-wajah bloon. Emang sih, saat ini gak ada bedanya antara gembira dan bloon. Gue merasa kehadiran si pria tua ini sama sekali gak berfaedah. Ocehannya receh, gak jelas dan sama sekali gak penting.
“Baik!” ujarnya, dia keliatan ingin melanjutkan lagi