Page 35 - decode Magz Vol:3
P. 35
DE REPORT
DE SPORT
DE TIPS
DE HANGOUT
DE CULTURE
Ancaman Terhadap Jurnalis Perempuan Meningkat di Era Digital
MLAPORAN LAPORAN
KHUSUS
UTAMA
edia digital dengan segala
Font kompeksitasnya berpotensi mengurangi
kemampuan jurnalis untuk melayani demokrasi dan pembangunan. Dalam konteks jurnalis perempuan, misalnya, survei Reporters Without Borders terhadap 150 jurnalis di
120 negara menemukan bahwa media digital digunakan untuk mengancam atau melecehkan jurnalis perempuan.
Hal ini disampaikan Angela Romano, mantan jurnalis dan Associate Professor of Journalism di Queensland Uni- versity of Technology in Australia. Angela menyampaikan hal terseut dalam simposium internasional Development and Democratization in Algoritm World yang FISIP Uni- versitas Al Azhar Indonesia dalam rangka memperingati 20 Tahun lembaga ini.
‘’Sekitar 73 persen (jurnalis perempuan) diancam atau diserang melalui email atau media sosial, sekitar 48 persen jurnalis perempuan menyensor diri sendiri dan lebih memilih menghindari menyebutkan subjek tertentu,’’ papar Angela dalam acara yang dihadiri sekitar 480 peserta melalui Zoom meeting dan siaran langsung YouTube.
Selain Angela Romano, simposium juga menghadirkan Prof. Ang Peng Hwa dari Nanyang Technological Univer- sity, Singapura, Manoj Kumar Panigrahi (Jindal School of International Affairs, India, Yuherina Gusman (Hubungan Internasional UAI), Mohamad Ghozali Moenawar (Ilmu Komunikasi UAI) dan Muchammad Nasucha (Ilmu Komu- nikasi, UAI). Dalam kesempatan ini, panitia menyampaikan penghargaan khusus kepada pendiri FISIP UAI, Prof Dr Yahya Muhaimin (alm) yang juga Menteri Pendidikan Nasi- onal di era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Angela memang tidak secara khusus berbicara men- genai isu jurnalis perempuan. Ia mencoba menggambarkan salah satu dampak buruk dari perkembangan agresif media digital, algoritma dan artificial intelligence (AI) terhadap pembangunan demokrasi, termasuk di bidang pers.
Faktanya, demikian juga dikemukakan pembicara lain, Ang Peng Hwa, saat ini kehidupan kita memang tidak bisa dilepaskan dari algoritma dan AI. Dan sebagaimana umumnya hasil inovasi teknologi, pengaruh algoritma dan artificial intelligence terhadap kehidupan masyarakat hari ini tidak selalu baik.
‘’Maka dalam konteks pembangunan demokrasi, misalnya, dibutuhkan refleksi, pendekatan dan pemahaman
yang terus menerus diperbaharui dalam melihat hubungan dunia digital dengan demokrasi dan pembangunan sosial politik,’’ kata Ang.
Menurutnya, ada beberapa tantangan terkait algoritma dan AI yang harus dicermati. Misalnya soal ketersediaan data dan kesadaran diri.
‘’Selalu ingat bahwa AI tidak akan pernah bisa men- jelaskan mengapa ia melakukan apa yang lakukan. Dan algoritma adalah kotak hitam yang tidak mudah dipahami,’’ paparnya lagi.
Selebihnya, Prof Ang mengingatkan bahwa bagaimanapun algoritma sudah menjadi bagian dari ke- hidupan masyarakat yang tumbuh sangat progresif dengan potensi baik dan buruknya.
‘’Kita perlu menemukan pendekatan baru untuk mem- inimalkan yang buruk dan memaksimalkan yang baik. Dan jika kita percaya demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik, kita harus waspada untuk memainkan peran kita untuk memeriksa algoritma,’’ tegasnya.
Senada dengan Ang, Angela juga memaparkan hal-hal yang patut disyukuri dari kenyataan di era digital, sekaligus tetap waspada terhadap dampak buruknya. Bagi kegia-
tan jurnalisme misalnya, Angela menggambarkan bahwa era digital memungkinkan wartawan bekerja efektif dan efesien dalam wawancara, pengecekan fakta dan deteksi isu terkini. Saat yang sama, respons publik juga bisa dengan cepat diperoleh hingga memudahkan jurnalis menentukan langkah-langklah penting dalam pengelolaan isu.
Tetapi juga dibutuhkan refleksi yang intens terkait dengan kerja-kerja jurnalisme mengingat tantangan dunia digital menghadirkan kerumitan tersendiri. Salah satu yang patut untuk selalu direnungkan adalah peran jurnalis sebagai agen pemberdayaaa. Angela menyebut ini sebagai salah satu model jurnalisme pembangunan.
‘’Intinya, wartawan fokus pada “pembebasan”, yakni membangun martabat manusia, kesetaraan, dan peluang bagi semua orang, harus aktif terlibat dan memberdayakan masyarakat biasa, juga berusaha membangun kemandirian masyarakat dan demokrasi partisipan,’’ kata Angela.
Dalam konteks ini, Angela juga mengingatkan agar arus informasi ditekankan dari bawah ke atas dan hori- sontal. Selain itu jurnalisme digunakan untuk membantu individu memahami penyebab ketidakadilan sosial, men- gorganisir tindakan untuk mengubah masyarakat.
‘’Bagi saya, media bukanlah pendidik. Tapi media harusnya menjadi fasilitator yang membantu masyarakat untuk memimpin,’’ katanya.
ed2.0-Regular
EDISI 3 - April / 2023 35
Oleh: Ferdy Arrahman | Sumber: Tim Media International Symposium FISIP-UAI 2022 | Foto: New Africa - Freepik.com
t