Page 37 - decode Magz Vol:3
P. 37

  yaitu iklan, biasanya berkonsultasi dengan konsultan yang menguasai masalah-masalah syariat.
‘’Kadang kamu harus mengubah output sebuah pro- duk, semata-mata demi kehati-hatian. Untuk memastikan bahwa dalam pandangan Islam itu sudah sesuai dengan syariah,’’ kata Andika.
Prinsip kehati-hatian ini juga diamini Wibisono, Account Director yang bergabung dengan Syafa’at sejak 2014. Menurutnya, ketika akan menangani sebuah merek yang pertama dilakukan adalah melakukan screening untuk meyakinkanmerek yang akan ditangani tersebut tidak ber- tentangan dengan syariat.
Pernah ada pengalaman, ketika menelusuri sebuah brand retail ditemukan bahwa perusahaan merektersebut menjual produk minuman yang mengandung alkohol. Tim Syafa’at segera menyampaikan bahwa sebagai agensinya ti- dak menangani produk-produk yang bertentangan dengan syariat.
Screening yang dilakukan oleh Syafa’at bukan hanya melihat dari sisi mereknya tetapi juga dari corporate. Bila tidak sesuai nilai-nilai Islam, Syafa’at memberikan layanan sebagai konsultan bisnis syariat. Langkah screening ini diperlukan untuk memastikan merek yang akan ditangani berasal dari perusahaan
yang telah menjalankan
bisnisnya sesuai syariat.
Dari sisi kreatif, Husni,
Creative Director yang
bergabung sejak 2013, me-
nuturkan bahwa di Syafa’at
kreativitas pun harus tun-
duk pada nilai-nilai agama.
Tentu ini menjadi tantangan
tersendiri. Dan tantangan
ini dihadapi sebagai bagian
dari pemicu kreativitas seraya tetap memperhatikan tun- tunan syariat. Prinsip justru kreativitas harus memandu para praktisi ini pada ketaatan terhadap nilai yang mereka yakini. ‘’Ketika kita semakin kreatif sesuai syari’ah, ketak- waan kita akan semakin bertambah,’’ kata Husni.
Senada dengan Husni, Rangga—tim marketing yang bergabung dengan Syafa’at tahun 2022—menegaskan bahwa ketika banyak sekali tantangan, bahkan halan- gan, kreativitas justru semakin tinggi. Pada akhirnya, tim
Syafa’at mampu melewati banyak hambatan dengan kreati- vitas terjaga.
Bukti nyata kerja konsisten sesuai syariat ini, ter-
lihat dari banyaknya penghargaan dari Pinastika Award pada karya iklan-iklan Syafa’at. Saat ini klien-klien yang ditangani Syafa’at beragam, mulai dari restoran, lembaga filantropi, barbershop, laundry, travel haji & umroh dan UMKM. Intinya, sepanjang perjalanan ini Syafa’at tidak pernah sekalipun secara sengaja mengorbankan ‘keyakinan’ untuk mendapatkan pekerjaan.
‘’Hukum asal dari iklan komersial adalah “boleh’,
dan iklan yang bisa dikategorikan sebagai periklanan yang sesuai syariah, secara garis besar setidak-tidaknya harus memiliki dua syarat. Syarat yang pertama, produknya harus halal, baik barang maupun jasa; syarat yang kedua, cara mengiklankannya juga harus halal atau sesuai syariah,’’ demikian disampaikan Shiddiq, Konsultan Agama untuk Syafa’at yang juga saya wawancara di kantor itu.
Pada akhirnya, kreativitas terkait dengan kerja-kerja yang sesuai nilai-nilai Islami sebenarnya memiliki daya jangkau menjanjikan. Hanya saja, menurut Ceo Syafa’at, Andika, orientasi ini makin tergerus ideologi kapitalisme yang gencar mengampanyekan—dengan berbagai cara—
pergaulan bebas, hedonisme, cinta dunia dan takut mati. ‘’Bisnis dijalankan untuk mendapatkan kekayaan
sebanyak-banyaknya, itu saja. Padahal bagi kita, harusnya disertai dengan aspek keimanan,’’ kata Andika.
Saya setuju pernyataan ini. Model branding syariat yang ditawarkan Syafa’at diharapkan dapat meningkat- kan semangat para pengusaha UMKM kembali kepada ‘khittah’nya sebagai seorang muslim dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai panduan, menjadikan syariat sebagai solusi. Tak ada yang menyeramkan tentang itu. Sebaliknya, bisnis insha Allah akan berjalan dengan baik dan tentu, berkah.
Saatnya keislaman dalam kerja-kerja kreatif tidak ber- henti pada praktik kapitalisasi simbol-simbol agama belaka. Tapi lebih substantif, dan memperhatikan nilai-nilai agama dalam proses dari hulu ke hilir. Sebab pada akhirnya semua yang kita lakukan pasti akan dimintakan pertangungjawa- ban oleh Allah SWT. Bagi saya, Syafa’at bukan sakadar institusi bisnis bersemangat syariat, tapi juga sebuah model dakwah melalui bidang yang sangat jarang disentuh para pendakwah: dunia branding.
 EDISI 3 - April / 2023 37
 





































































   35   36   37   38   39