Page 32 - deCODE Vol 2/2018
P. 32
Di Curug Dendeng yang ketinggiannya sekitar 7 meter, para mahasiswa dan dosen berenang dan mengambil gambar. Beberapa terlihat berbincang dengan para pemuda
dan tokoh setempat, bertukar pikiran terkait potensi pariwisata yang seolah diabaikan oleh pemerintah lokal ini.
‘’Nanjak, turun, masuk hutan, dan... ada surga. Indah sekali. Ini benar-benar sayang kalau tidak dipromosikan,’’ Nurul Anisa menggambarkan pengalamannya.
Setelah menginap, bertukar pikiran dan mendengar keluh kesah warga Pangairan, juga mengeksplorasi curug-curug, jelang makan siang rombongan mahasiswa kembali ke pondok pesantren JMC.
Di sini, para peserta kemudian menggelar ‘’refleksi’’, yakni forum berbagi pengalaman, khususnya pengalaman menginap bersama warga serta menggali potensi daerah dan masalah masyarakat secara langsung.
Para peserta dari setiap kelompok bergantian menyampaikan pengalaman. Mereka membeberkan apa yang mereka temukan
dan menyampaikan ide-ide dan rencana
yang akan dilakukan untuk berpartisipasi membantu pariwisata. Tak terhindarkan, forum ini diwarnai ‘’curhat’’ para peserta tentang masalah-masalah warga, diwarnai hujan air mata. Rata-rata mereka berkisah dengan keharuan dan air mata tak terbendung.
‘’Di sini banyak potensi, tapi masyarakat seolah tak berdaya. Saya ngobrol dengan seorang bapak yang enggan berobat meski sakit, karena takut mengeluarkan biaya... Katanya, buat makan aja susah,’’ kisah seorang peserta dengan terbata-bata.
Setelah ‘’refleksi’’, para peserta menyempatkan diri bermain ke Karang Nawing, pantai indah di Desa Pagelaran. Di sini, mereka kembali dikejutkan
oleh pariwisata desa yang barus saja
dikembangkan, tapi seperti kurang terurus. Malam terakhir, para peserta bergabung dengan sekitar 300 pelajar dan santri JMC dalam gelaran apresiasi seni. Berbagai penampilan seni dan atraksi menjadi suguhan sebelum mereka tidur bersama para santri, berdesakan, beralaskan tikar. Tentu saja, mereka juga harus bangun subuh, slahat berjama’ah dan ikut mengaji hingga fajar menyingsing.
Pagi, sebelum pulang kembali ke Jakarta, 6 kelompok peserta berpencar ke 4 sekolah menengah (MTs) dan atas (Aliyah) di Desa Pagelaran. Mereka berbagi pengalaman dengan para siswa, khususnya tentang literasi digital dan pengembangan ide kreatif berbasis sumber daya lokal.
Pihak JMC, juga memberikan tanggapan positif terhadap kegiatan para mahasiswa ini. ‘’Kami senang dengan adanya kegiatan ini. Kami juga belajar. Anak-anak kami, para santri, juga jadi punya sahabat yang menguatkan, memotivasi dan membuat mereka lebih percaya diri serta mau bermimpi,’’ kata Asep Badruttamam, Ketua Yayasan JMC.
Ide ‘’Desa Binaan’’
Orientasi keorganisasian dan kepempiminan dengan konsep pengabdian masyarakat ini, digagas tahun lalu oleh Edoardo Irfan dan Nanang Haroni yang pada 2016-2017 lalu masih menjabat sebagai Kepala Program Studi (Kaprodi) dan Sekretaris Prodi Ilkom UAI.
Namun tahun ini, di bawah Kaprodi Alma Mandjusri dan Sekretaris Prodi Nurul Robbi Sepang, program diteruskan dan sedang digodog keberlanjutannya.
‘’Kegiatan ini sangat bagus. Selain memberi mahasiswa pengalaman belajar, juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Karena perguruan tinggi kan, akhirnya harus kembali dan dirasakan kehadirannya oleh masyarakat.
34 deCODE Magazine