Page 18 - Menjadi Muballigh Yang Menarik
P. 18

rubahlah  dengan  tanganmu  (kekuasaanmu),  jika  tidak  mampu  maka
                 dengan lisanmu,dan jika tidak mampu dengan hatimu: (HR. Bukhari)
                        Jadi  disinilah  sesungguhnya  dakwah  bukanlah  pekerjaan  melulu
                 seorang  muballigh,  tetapi  pekerjaan  semua  pihak  sesuai  dimana  dia
                 berada  pada  kedudukan  apa  saja.  Karena  pada  hakekatnya  Islam
                 merupakan  agama  dakwah,  sehingga  setiap  diri  muslim  dia  adalah
                 seorang muballigh.
                        Bagi  yang  memiliki  tangan  atau  kekuasaan,  maka  dia  harus
                 memanfaatkan  kekuasaanya  itu  untuk  kepentingan  dakwah  Islamiyah.
                 Bagi  yang  mempunyai  kepandaian  berbicara  maka  dapat  menggunakan
                 lisannya berdakwah. Sedangkan bagi yang tidak memiliki keduanya, maka
                 dengan hatinya. Maksudnya supaya dia selalu berdoa agar dakwah dapat
                 berjalan  dengan  baik,  dan  mau  mendoakan  orang-orang  yang  berbuat
                 mungkar, supaya kembali ke jalan kebenaran.

              D.   Kesiapan Mental dan Fisik
                        Kesiapan mental dan fisik ini sangat dibutuhkan oleh seorang da’i.
                 Karena  medan  dakwah  bukan  suatu  bidang  yang  ringan,  yang
                 membutuhkan pemikiran, jiwa yang sabar, serta fisik yang kuat. Jika hal
                 itu tidak dimiliki para muballigh, maka dakwah tidak dapat berjalan secara
                 optimal.
                        Kesiapan mental dapat berupa dengan mempertebal rasa percaya
                 diri,  caranya  dengan  meningkatkan  wawasan,  pengetahuan.  Baik
                 pengetahuan  agama  maupun  umum.  Di  samping  itu  dakwah  bukanlah
                 pekerjaan  asal-asalan,  sehingga  da’i  pun  harus  membekali  ketrampilan
                 teknis, baik itu tentang manajemen dakwah, retorika, psikologi, maupun
                 ilmu-ilmu pendukung yang lain. Jangan sampai seorang muballigh hanya
                 mempunyai  wawasan  yang  dangkal,  sehingga  nantinya  sasaran  dakwah
                 (mad’u)  bosan  dan  meninggalkan,  ataupun  jika  tidak  demikian  dakwah
                 tidak lagi memiliki daya rubah masyarakat. Masyarakat tidak lagi dinamis
                 ke  arah  kebaikan,  akan  tetapi  statis  atau  justru  merosot  derajat
                 keberagamannya.
                        Banyak  terjadi  kesalahpahaman  di  kalangan  masyarakat  tentang
                 agama, sehingga timbul sekte-sekte dalam masyarakat yang antara satu
                 dengan  yang  lainnya  saling  menyalahkan  dan  bermusuhan.  Hal  ini

                              Menjadi Muballigh Yang Menarik ------    17
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23