Page 116 - novelku part 2 1
P. 116
jam kami dibiarkan disitu, sampai akhirnya kami berdua sadar
bahwa tidak boleh mengambil barang orang tanpa ijin.
Waktu sekolah aku dan Bagus harus berjalan kaki, karena bapak
dan ibu belum bisa membelikan sepeda. Kami hidup serba
kekurangan, dipagi hari harus bantu ibu masak. Kalau sekolah
jarang diberi uang saku. Semua itu demi bapak ibu bisa nabung
buat beli sepeda. Memori waktu itu…..
Bapak ibu pergi karena kecelakaan, sekarang kembaranku juga
pergi karena kecelakaan. Aku tidak paham dengan suratan takdir.
Entahlah apa yang terjadi dihari esok setelah kepergian Bagus.
Bagaimana dengan Ayu, apakah dia masih mau mendalang lagi?
Bagaimana dengan mbah kung, dan mbah uti? Bagaimana dengan
Nia, Sari, Bu Narti? Lalu bagaimana denganku?
Yang aku tahu rindu ini akan bergantung, rindu ini akan
tergantung, dan rindu ini akan menggantung….
Hidup ini ibarat lakon wayang, kita sudah mempunyai suratan
takdir yang direncanakan oleh Tuhan yang kuasa. Sebagai lakon, ya
lakonilah suratan takdirmu!!!
The End…
116