Page 136 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 136
perlahan lepas dari bayang-bayang sistem ribawi. Begitupun dengan pemisahan
pendapatan halal dengan pendapatan non-halal dengan rasio 10%. Hal ini sesuai
kaidah memisahkan yang halal dari yang haram (tafriq al-halal’an al-haram) yang
dijadikan salah satu bagian dari metode ijtihad DSN-MUI. Penjelasannya, bahwa
harta atau uang dalam perspektif fikih bukanlah benda haram karena zatnya
(‘ainiyah) tapi haram karena cara memperolehnya yang tidak sesuai syariah
(lighairihi), sehingga dapat untuk dipisahkan mana yang diperoleh dengan cara
halal dan mana yang non-halal.
Dana yang halal dapat diakui sebagai penghasilan sah, sedangkan dana non-halal
harus dipisahkan dan dialokasikan untuk kepentingan umum (Amin 2017).
Proses screening di atas tidak hanya ada di Indonesia, namun juga di negara-negara
lain sperti Malaysia, Hongkong, Singapura, dan Amerika, yaitu dengan metodologi
yang sama, berbasis aktivitas bisnis dan rasio keuangan berbasis non-halal. Oleh
sebab itu, screening syariah ini dapat diadopsi dalam memilih investasi perusahaan
yang sesuai dengan prinsip syariah. Proses demikian untuk menghindari perusahaan
yang melakukan aktifitas bisnisnya menyimpang dari ketentuan syariat Islam, yang
sangat menjaga hak seseorang atas harta investasinya (hifz al-mal). Praktik-praktik
bisnis dengan dalih investasi dewasa ini banyak yang teridentifikasi “bodong” oleh
OJK.
Jenis investasi yang ada di Indonesia sangat beragam modelnya. Terdapat yang
memenuhi prinsip dasar syariah, namun ada juga yang tidak memenuhi ketentuan
syariah. Investasi dapat dikatakan memenuhi syariah Islam yaitu dengan
mengakomodir beberapa prinsip yang sudah dijelaskan di atas. Paparan di atas
setidaknya menjelaskan 3 (tiga) prinsip yaitu tentang kehalalannya, keberkahannya,
dan pertambahannya yang mencakup risiko dan keuntungan (Chair 2015). Artinya
investasi itu apapun jenis kegiatannya harus mengacu pada prinsip dasar ini agar
tidak terjerumus pada investasi yang merugikan. Dewasa ini, telah banyak jenis
investasi yang menawarkan produknya dengan membabi-buta. Tanpa
130