Page 157 - Book Kelas IX Seni Budaya BS.indb
P. 157

b. Penggawatan
                     Pada bagian penggawatan ini, dituliskan masalah dalam pemaparan
                 sudah mulai terganggu oleh adanya bibit-bibit masalah dan kepentingan.
                 Bibit masalah ini akibat dari pemikiran-pemikiran peran atau aksi
                 peran terhadap keinginannya. Untuk pertama kalinya, peran antagonis

                 bertemu dengan peran protagonis membangun konflik, akibat dari

                 pertentangan antarperan tersebut. Konflik ini dibangun dan dijalin
                 dalam peristiwa yang semakin gawat sampai mencapai klimaks. Jadi,
                 bagian penggawatan inilah sebenarnya tubuh atau bagian yang paling
                 penting dari lakon, karena kalau bagian penggawatan ini lemah, maka
                 lakon secara keseluruhan akan terasa lemah.
                 c. Klimaks

                     Selama ini ada pemikiran yang sedikit keliru, bahwa klimaks adalah
                 puncak dari ketegangan lakon. Padahal klimaks adalah titik paling

                 ujung dari perselisihan atau konflik antara peran protagonis dan peran

                 antagonis. Ketika pada titik ini, konflik ini sudah tidak bisa lagi dibuat
                 rumit lagi dan konflik itu harus diakhiri. Dengan berakhirnya konfl ik,

                 maka akan ada pihak yang dikalahkan atau dihancurkan dan pihak
                 mana yang harus dikalahkan, tergantung dari konsep dan visi seorang
                 penulis lakon.

                 d. Peleraian
                     Bagian peleraian ini berisi tentang alternatif-alternatif  jawaban dari
                 permasalahan sampai terjadinya konflik antara peran antagonis dan

                 peran protagonis. Bentuk alternatif jawaban ini tidak boleh diwujudkan
                 secara nyata atau terbaca dengan mudah. Kalau alternatif jawaban ini
                 dibuat secara nyata dan tiba-tiba, maka akan melemahkan klimaks yang
                 telah dibuat. Bagian peleraian ini juga tidak boleh dibuat bertele-tele
                 atau kesannya dipanjang-panjangkan, karena akan membuat penonton
                 menjadi jemu. Peleraian juga tidak boleh dibuat tergesa-gesa, karena
                 akan membuat klimaks yang telah dibuat tidak berarti. Peleraian ini
                 seharusnya disusun dengan cermat dan tidak mengurangi ketercekaman
                 yang terjadi pada klimaks, tetapi lama-kelamaan semakin menurun.

                 e. Penyelesaian
                     Penyelesaian ini berisi tentang jawaban-jawaban yang menjadi
                 permasalahan antara peran protagonis dan antagonis. Fungsi dari
                 peleraian adalah untuk mengembalikan keadaan seperti awal cerita
                 lakon, karena segala persoalan sudah terjawab. Penyelesaian juga
                 merupakan bagian akhir dari cerita lakon.






                                                                      Seni Budaya       147
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162