Page 124 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 124

Laporan dinas itu, seperti juga laporan dari Komisi, diterbitkan oleh Bataviaasch
               Genootschap. Laporan itu juga mengandung sumbangan tulisan dari para pegawai
               pemerintah. Kerja sama dari korps Binnenlands Bestuur (Pemerintahan Dalam Negeri)
               diminta dengan tegas ketika pada tahun 20-an ternyata bahwa pengaruh Hindu ‘zich over een
               veel grooter deel van den Archipel heeft uitgestrekt, dan wel werd vermoed’ (membentang
               jauh lebih luas di wilayah Nusantara daripada yang dikira sebelumnya). Berkat jerih payah
               pengawas arkeologi P.V. van Stein Callenfel, pada saat yang sama dimulai penelitian
               prasejarah yang memperlihatkan hasil yang menarik.

               Menurut instruksi, dinas tersebut juga harus mempedulikan benda purbakala Islam. Benda
               purbakala dalam kategori itu dapat dilaporkan kepada Adviseur voor Inlandse en Arabische
               Zaken (Penasihat untuk Urusan Pribumi dan Arab) sebelum tahun 1913. Pemeliharaan
               monumen Islam didasarkan pada aturan dalam masyarakat agama itu. Dinas Purbakala
               memberi advis, membuat anggaran untuk pekerjaan perbaikan monumen, dan mengawasi
               pelaksanaan pekerjaan itu. Pendekatan serupa diterapkan pada monumen di wilayah
               pemerintahan otonom.

               Gubernur-Jenderal A.C.D. de Graeff yang sangat tertarik pada benda-benda purbakala, pada
               tahun 1931 mengumumkan suatu Monumentenordonnantie (Ordonansi Monumen)
               (Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1931 no. 238). Dalam Ordonansi itu monumen
               didefinisikan sebagai: barang bergerak atau tidak bergerak, terutama yang berusia lebih dari
               50 tahun atau yang termasuk ‘tenminste 50 jaar oude stijlperiode’ (sekurangnya gaya benda
               yang sudah 50 tahun); benda yang dari pandangan paleontologi dianggap berharga dan daerah
               yang menurut petunjuk-petunjuk bisa mengandung benda seperti yang baru saja digambarkan.
               Dalam Ordonansi itu antara lain ditentukan bahwa monumen umum harus didaftarkan dalam
               suatu register khusus yang dibuat dan dikelola secara teratur oleh kepala Dinas Purbakala.
               Monumen milik partikulir juga dapat dimasukkan di dalam register itu. Pendaftaran bisa
               sementara atau definitif. Pendaftaran sementara dilakukan apabila benda itu berisiko cepat
               rusak. Pendaftaran definitif dilakukan atas perintah gubernur-jenderal: untuk hal itu
               diumumkan di Javasche Courant. Monumen yang sudah terdaftar tidak dapat diekspor. Hal
               yang sama juga berlaku untuk monumen yang terdaftar atau tidak terdaftar dari periode pra-
               Islam.

               Ekspor monumen-monumen lainnya hanya bisa terjadi atas izin dari kepala Dinas Purbakala.
               Dia harus menginspeksi monumen terdaftar itu dan memberikan izin untuk pekerjaan restorasi
               monumen itu. Monumen milik partikulir yang kurang terawat, atas usulannya bisa diambil
               alih oleh negara. Gubernur-jenderal mengeluarkan izin untuk pengelolaan lahan pertanian dan
               hutan di wilayah yang ditetapkan sebagai monumen. Ordonansi Monumen tidak berlaku
               untuk daerah pemerintahan otonom, yang hubungannya dengan pemerintah Hindia sudah
               ditetapkan dalam yang disebut dengan Kontrak Panjang: dari para pemerintah otonom itu
               diharapkan bahwa mereka akan menerapkan juga pengaturan serupa.




                                                                                                      123
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129