Page 40 - C:\Users\User\Documents\Flip PDF Corporate Edition\Buku Strategi Digital\
P. 40

memiliki  pendidikan  karakter,  sehingga  inilah  yang  menyebabkan  munculnya
                        kurikulum 2013. Jika kita amati kurikulum 2013 memiliki banyak kekurangan,

                        perubahan  kurikulum  2006  KTSP  juga  belum  kontektual  sehingga  muncul
                        paradoks  antara  masyarakat  dengan  dunia  pendidikan.  Atau  secara  realitias

                        sosialisasi  kurikulum  sebelumnya  membuat  sebagian  praktisi  belum  mencapai

                        hasil  yang  diharapkan/maksimal  namun  kurikulum  baru  telah  telahterbentuk.
                        Maka kadangkala pemangku pendidikan hanya sibuk mengatur dokumen tertulis

                        dan  tidak  mewujudkan  aspek  terpenting  bagi  guru  dan  siswa  sehingga  terjadi
                        kerancauan  penggunaan  kurikulum  terutama  bagi  siswa.  Maka  dari  itu  untuk

                        menerapkan  kurikulum  baru  perlu  adanya  sinergi  antara  pemerintah,  pihak
                        pendidikan,  guru,  dan  siswa.  Dalam  arti  kurikulum  harus  disesuaikan  dengan

                        tujuan pendidikan nasional sesuai dengan keadaan zaman atau kurikulum tidak

                        boleh  biasdengan  fenomena  dimasyarakat.  Untuk  itu  pemerintah  seharusnya
                        membuat  timelate  kurikulum  agar  pelaksanaa  kurikulum  tertata  secara  baik

                        dalam perubahannya (Marlina 2015 : 28)

                              Ide  di  balik  pengembangan  kurikulum  2013  bermula  dari  tulisan  Wakil
                        Presiden  Boediono  yang  berjudul  “Pendidikan  Kunci  Pembangunan”  di  harian

                        Kompas (Senin, 27/8/2012) yang menilai bahwa pendidikan nasional belum bisa
                        menghasilkan  lulusan  yang  kompeten  karena  belum  punya  konsep  yang  jelas.

                        Menurut  Boediono  saat  ini  kita  belum  punya  konsepsi  yang  jelas  mengenai

                        substansi  pendidikan.  Karena  tak  ada  konsepsi  yang  jelas,  timbullah
                        kecenderungan  untuk  memasukkan  apa  saja  yang  dianggap  penting  ke  dalam

                        kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada anak didik. Bahan yang
                        diajarkan  terasa  “berat”,  tetapi  tak  jelas  apakah  anak  mendapatkan  apa  yang

                        seharusnya diperoleh dari pendidikannya. Lebih lanjut, Boediono menyebutkan

                        perlunya  delapan  kompetensi  yang  harus  dimiliki  peserta  didik,  yaitu  (1)
                        kemampuan  berkomunikasi,  (2)  kemampuan  berpikir  jernih  dan  kritis,  (3)

                        kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, (4) kemampuan
                        untuk  menjadi  warga  Negara  yang  efektif,  (5)  kemampuan  untuk  mencoba

                        mengerti dan toleran terhadap pandangan  yang berbeda, (6) kemampuan hidup
                        dalam masyarakat yang mengglobal, (7) memiliki minat luas mengenai hidup, (8)

                        memiliki  kesiapan  untuk  bekerja.Gagasan  tersebut  ditindaklanjuti  dengan





                                                              35
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45