Page 306 - GRC-BOOK-NEW2
P. 306
epilogue
Namun demikian, ironisnya adalah fakta berbicara dan data yang ada menunjukkan
bahwa dari sekian banyak perusahaan yang telah berupaya untuk memembangun
dan/atau melaksanakan GRC yang didukung dengan fungsi pengawasan
secara terintegrasi, umumnya gagal dalam pelaksanaannya di lapangan. Tidak
mengherankan munculah anggapan bahwa GRC sekadar menghamburkan pundi-
pundi, apatah meningkatkan kinerja. Padahal, KPMG (2008) telah menjelaskan
bahwasanya “as organizations continue to cope with the high cost of achieving
and sustaining compliance with a variety of regulations, leaders are considering
new ways to reduce costs, strengthen decision-making capabilities, and improve
business performance.
Manage in Silo
Hasil kajian KPMG (2008) di USA menunjukkan bahwa sebelum Sarbanes-Oxley
diberlakukan, proses pengambilan keputusan di suatu perusahaan cenderung
difokuskan untuk menekan biaya dan meningkatkan kinerja bisnis. Dampaknya,
mereka hanya memberikan perhatian yang minim terhadap isu-isu manajemen
risiko. Namun demikian, proliferasi regulasi yang terjadi, terutama pada dekade
terakhir, mengharuskan dunia bisnis untuk berusaha dan terus mendorong dan/
atau memberikan perhatian dan/atau fokus yang lebih besar pada kepatuhan dan
integritas kontrol.
Umumnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk melaksanakan kepatuhan
terhadap regulasi tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, perusahaan senantiasa berusaha untuk mengatasi lemahnya integrasi antara
compliance framework terhadap berbagai regulasi maupun proses bisnis dimana
compliance efforts sudah dan/atau telah embedded. Lalu, untuk memenuhi
kebutuhan, banyak perusahaan telah “mematok” program kepatuhan yang terpisah
(manage in silo) dan berbeda dari sistem pengendalian internal dan operasional
di suatu perusahaan, apalagi menyatu (inherent) dengan business process. Mereka
cenderung dan/atau telah berinvestasi dan/atau menggunakan sistem yang terpisah
alias hanya menambahkan komponen compliance yang lazimnya tidak sepenuhnya
terintegrasi.
Berbagai perusahaan tersebut cenderung telah mendapatkan bahwa fungsi kontrol
dan metodologi pengujian yang mereka lakukan sebagian besar secara manual.
Selain itu, banyak perusahaan yang tidak memiliki suatu fokus dalam pengelolaan
risiko yang terintegrasi dengan business value dan/atau kebutuhan operasional
bisnis mereka. Alhasil, secara keseluruhan, outputnya adalah program yang
terfragmentasi dan rumit untuk dilaksanakan pada tataran operasional, sulit dikelola,
berbiaya mahal untuk diterapkan dan sukar dimonitor melalui uji yang dilakukan
secara periodik, serta semakin kurang efektif dalam mendukung keputusan bisnis
yang tepat waktu, akurat dan akuntabel.
280 The Fundamentals of GRC