Page 49 - perpajakan
P. 49

3. Tarif PPh dari Bunga Turun
   Penurunan tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga.
   Ini merupakan penambahan dalam Pasal 26 tentang PPh pada klaster perpajakan UU Cipta Kerja,
   yakni pada ayat (1b) yang menyebutkan:

   Tarif  sebesar  20%  dari  jumlah  bruto  oleh  pihak  yang  wajib  membayarkan  bunga  termasuk
   premium,  diskonto,  dan  imbalan  sehubungan  dengan  jaminan  pengembalian  utang,  dapat
   diturunkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).




   4. Tidak Dikenakan Pajak
   Pengecualian dari objek pajak untuk WNA.
   Artinya, bagi WNA yang merupakan subjek pajak dalam negeri akan dikecualikan dari objek pajak
   alias tidak dikenakan pajak penghasilan jika tidak memenuhi kriteria tertentu sesuai ketentuan.

   Ini merupakan penambahan dalam Pasal 4 tentang PPh pada klaster perpajakan di Pasal 111 UU
   Cipta Kerja.
   Disebutkan, dalam Pasal 4 ayat (1a), bahwa WNA yang telah menjadi SPDN dikenai PPh hanya atas

   penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan:
        Memiliki keahlian tertentu
        Berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak menjadi SPDN
            Tapi pengecualian pengenaan PPh tidak berlaku bagi WNA yang memanfaatkan Perjanjian
   Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara mitra.

   Semua Pasal 4 ayat (1a), ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu serta tata cara
   pengenaan PPh bagi WNA tersebut akan diatur dalam PMK (Peraturan Menteri Keuangan).




    5. Pengaturan Dana Setoran Haji
               Pengelolaan dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

    Terkait pengelolaan dana setoran BPIH ini merupakan penambahan dalam Pasal 4 tentang PPh
    pada klaster perpajakan Pasal 111 UU Cipta Kerja, yakni huruf o dan p.
    Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf o, disebutkan:
              Dana setoran BPIH dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari pengembangan keuangan
    haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu, diterima Badan Pengelola Keuangan Haji

    (BPKH), yang ketentuannya diatur dalam PMK.
    Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf p, tertulis:
           Sisa lebih yang diterima/diperoleh badan usaha atau lembaga sosial dan keagamaan yang

    terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
    prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa
    lebih  tersebut,  atau  ditempatkan  sebagai  dana  abadi  yang  ketentuannya  diatur  lebih  lanjut
    dengan PMK
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54