Page 13 - pengadaan tanah CNVRT.cdr
P. 13

KATA PENGANTAR






          Prof. Dr. Maria SW Sumardjono, S.H., MCL., MPA.
          (Guru Besar Fakutas Hukum Universitas Gadjah Mada)






              embangunan  fisik  untuk  berbagai  kegiatan  bagi
          Pkepentingan umum memerlukan ketersediaan tanah, yang
          pada umumnya telah dipunyai oleh seseorang, badan hukum,
          dan dalam beberapa kasus  juga memerlukan tanah  yang
          dipunyai oleh suatu masyarakat hukum adat (MHA).
             Undang-Undang  Nomor  5 Tahun  1960  tentang  Peraturan
          Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) sudah mengantisipasi hal
          tersebut dan mengaturnya dalam Pasal 18 yang ditindaklanjuti
          dengan  terbitnya Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  1961
          tentang  Pencabutan  Hak-Hak  Atas  Tanah  dan Benda-Benda
          yang Ada di Atasnya. Dalam sejarahnya, pencabutan hak
          atas tanah pernah ditempuh satu kali di Jakarta pada masa
          Gubernur  Ali Sadikin.  Sesuai  dengan  tujuannya, pencabutan
          hak atas tanah hanya dipakai dalam keadaan “memaksa”, jika
          semua upaya mencapai musyawarah menemui jalan buntu.

             Rejim Orde Baru mengawali penerbitan peraturan tentang
          pengadaan  tanah  melalui  Peraturan  Menteri  Dalam Negeri




         xii  Pengadaan Tanah di Indonesia dan Beberapa Negara dari Masa ke Masa
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18