Page 142 - e-modul bh.Indonesia SMPMuh.Rappang9
P. 142
MODUL 2
Bacalah teks cerpen yang berjudul Berita Kematian di Media Sosial , karya Yudi Ahmad
Tajudin berikut kemudian kerjakan perintah yang menyertainya.
Berita Kematian di Media Sosial
Yudi Ahmad Tajudin
Suara musik tanpa vokal, yang mengganggu dan tak pernah kuhapal benar, tiba-
tiba terdengar dari pelantang handphone yang tergeletak di lantai di samping ranjang.
09.31. Segera setelah aku terjaga, angka itu membayang di kepala. Angka yang
kutentukan untuk membunyikan alarm di telepon genggam yang beberapa bulan ini
selalu kubawa tidur.
Beberapa bulan. Ya, sudah beberapa bulan. Persisnya, sudah dua bulan dan tiga
minggu aku di rumah terus. Sebagaimana banyak orang lain, aku bagian dari kelas
sosial yang meskipun terengah-tengah tapi mampu memenuhi anjuran #dirumahsaja,
untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yang dengan ganas menjadi wabah
sejagat dalam waktu singkat.
Entah untuk berapa lama lagi aku bisa melakukannya. Tabungan sudah menipis,
dan proyek pertunjukan yang rencananya akan dilakukan bulan depan terpaksa
kubatalkan karena larangan berkumpul lebih dari lima orang dalam situasi pandemi
yang entah akan berakhir kapan ini.
Ranjang kosong. Berantakan oleh selimut dan beberapa bantal yang tumpang
tindih, tapi kosong; anak dan istriku sudah tak ada. Sudah cukup siang untuk mereka.
Cahaya matahari menerobos masuk dengan buas dari satu dinding kamarku yang
terbuat dari kaca, dengan dua daun pintu geser, yang juga kaca, di tengahnya.
Kepalaku terasa agak berat.
Tubuhku, yang masih malas, kudorong untuk perlahan bangkit. Lalu duduk di
pinggir ranjang sebentar. Aku berusaha mengingat rencana untuk mengisi waktu di
rumah saja hari ini. Tak berhasil. Aku lalu bangkit berdiri setelah mengambil HP-ku
dari lantai, mencabutnya dari kabel pengisi baterai.
Selanjutnya tubuhku bergerak mekanis: keluar dari kamar langsung menuju
dapur, melintasi meja makan dengan empat kursi yang tak tertata rapi, mengambil
gelas bening besar seukuran setengah liter dari kabinet di atas meja dapur,
mengisinya dengan air dari dispenser di samping kulkas, lalu meminumnya dalam
satu kali tarikan.
Kemudian tubuhku kembali melintasi meja makan dengan kursi-kursi yang tak
rapi karena ulah anakku, melintasi pintu kamar, lalu masuk ke kamar mandi yang
terletak di ujung lorong pendek yang mengantarai kamar utama dengan kamar
anakku (yang belum juga ia tinggali, karena ia masih tidur bersama kami, bapak dan
ibunya). Setelah menutup pintu kayu kamar mandi, kubuka tutup kloset, lalu kencing.
Setelah menekan tombol penyiram mekanis di bagian atas kloset, aku lalu keluar,
mencuci tangan di wastafel di depan pintu kamar mandi.
132