Page 76 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 76

---------------------~~~~-··· , ...... ..  .



               Dengan  makin  banyaknya  pengungsi  yang  datang  ke
          Muara  Pasir,  mengakibatkan  makin  sukarnya  penghidupan
          sehari-hari  maka  La  Madukelleng  mengadakan  musyawarah
          besar yang disebut Aduppa rappang.  Melihat makin sempitnya
          tanah pertanian di  sekeliling Muara Pasir itu maka diputuskan,
          bahwa pemukiman mereka harus dipencarkan mencari daerah-
          daerah yang masih luas memungkinkan untuk berusaha. Dalam
          sidang itu disepakati: 2 1
          a).  La  Mohang  Daeng  Mangkona  disuruh  pergi  ke  Kutai.
               Pada  masa  itu  kerajaan  Kutai  diperintah  oleh  Pangeran
               Dipati  Mojikusumo  yang setelah wafat bergelar (Marhum
               Pamanayan);
          b ).  La  Pallawa  Daeng  Marowa  tetap  di  Muara  Pasir.  Ketu-
               runannya kemudian mengadakan perkawinan dengan raja-
               raja Pasir;
          c).  Puanna  Dekke pergi  ke  Tanah Bumbu (Kalimantan Teng_.
               gara)  dan  mendirikan  kampung  di  sana. Kampung terse-
               but dinamai Kampung  Baru, tetapi kemudian diganti de-
               ngan  Pega tan;
          d).  La  Sira  Daeng  Menambong  ke  Kalimantan  Barat  kawin
               dengan  saudara  raja  Matan kemudian mendirikan keraja-
               an Mempawah;
          e).  La Manja' Daeng Lebbi' pergi ke Rian;
          f).  Puanna  Tereng  dan  La  Sawedi  Daeng  Sagala  tetap  di
               Muara Pasir;

          g).  La  Manrapi  Daeng  Punggawa berdagang antar pulau yaitu
               dari Kutai, Pasir dan kota-kota di Jawa.
               Anak-anak  La  Madukelleng sendiri yaitu:  Petta To  Sibe-
          rangeng,  Petta  To  Siangka  dan  Petta  To  Rawe  tidaklah  ber-
          kumpul semuanya di Muara Pasir.
               Petta To  Siberangeng kawin  dengan putri raja  Pasir yang
          bernama  An den  Ajang.  Dari  perka winan  ini  lahirlah  seoranp;

          28.   Moh. Noor, op. cit, haL  3

                                                                   67
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81