Page 59 - Bahan Ajar Bu Erna
P. 59

40






                       Puang Sorai        :  “Eeh puang To’dang..!! perraungoo mai jangan pengecut,
                                            jangan sembunyikan anak ku, anak mu telah menghasut
                                            putraku”
                       Puang To’dang      :  “Tidak tau malu. Sebenarnya saya yang harus bertanya kau
                                            sembunyikan dimana putri ku, putramu telah melarikan
                                            putriku kurrasiri’”.
                       Puang Sorai        :  “Oooh .................. Begitu yah apakah kalian kira aku sudi
                                            punya menantu seperti anak gadis mu itu”.
                       Puang To’dang      :  “Dasar tua bangka….!! Apakah kamu kira juga bahwa kami
                                            sudi punya baisseng seperti kamu, hah..”
                       Puang Sorai        :  “Kalian mau bilang apa itu terserah kamu, yang penting kalian
                                            tau, lebih baik putraku mati dari pada punya istri dari anak
                                            seperti kalian. Sekarang aku ingin mencari anakku”
                       Puang To’dang      :  “Itu lebih baik, karna kapan aku menemukan nya, maka
                                            jangan bermimpi kamu akan menemukan anak mu bernyawa
                                            lagi. Akan ku cincang dia,”
                       Puang Bora’        :  “Jelaskan  puang  tak  usah  lagi  buang  waktu,  jangan  sampai
                                            terjadi apa-apa pada anak kita”. (melangkah mengambil peti
                                            keris) “wattunna  missung sossoranna  i Kanne” (keris itu  di
                                            cium dan di masukkan di sarang tempatnya).

                                                           Adegan 3
                       Pengejaran pun terjadi..!! Puang to’dang berangkat bersama pengawalnya. Tidaak
                       bisa di elakan lagi apa yang hendak ingin di hentikan kini telah sirna.

                       Kaco kende’:       :  “Cicci… kita istirahat saja di sini, sebentar lagi kita lanjutkan
                                            perjalanan”.

                       Ba’du samang       :  “Memangnya kita akan kemana….”??
                       Ba’dulu            :  “Banyak tanya lagi, kita ikut saja, kamu kan tau statusnya
                                            mereka, mereka ini kan burunan”.
                       Ba’du samang:      :  “Coba kalau kamu tau mereka ini statusnya buronan apa”.
                       Ba’dulu            :  “Yang jelasnya mereka ini buronan peputiq cina”
                       Cicci’             :  “Apa kalian tidak kecapean, dari tadi bicara terus..”??
                       Ba’du samang       :  “Sama sekali tidak, apalagi kalau kita sama itu ...................... ”
                       Puang to’dang      :  “Ternyata kalian disini mau lari kemana kalian, Cicci….
                                            pulang.. jangan ikut dengan laiki-laki bajingan itu”.
                       Cicci’             :  “Tidak puang lebih baik aku jadi peputiq cina selamanya, dari
                                            pada aku harus berpisah dari kakanda kaco kende’”.
                       Puang To’dang:  :  “Mulai sekarang aku tidak punya anak lagi yang namanya
                                            Cicci’. Dan kau pemuda keparat, anak kampung hadapi aku”.
                       Ba’du samang       :  “Jangan naik darah dulu, kan segala sesuatunya bisa dia atur
                                            baik-baik”
                       Kaco kende’        :  “Maafkan kami puang, kami telah berbuat salah”.
                                          :  “Tidak ada istilah maaf. Dan kau juga anak muda jangan Ikut
                       Puang to’dang:       campur dengan urusan kami. Dan kau kurrasiri’ hadapi aku”.






                                             Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
                                                                                                                 55
   54   55   56   57   58   59   60   61   62