Page 54 - Bahan Ajar Bu Erna
P. 54

40






                         Puang Cazdia     :  “Kalian tak usah bertengkar dan saling  menuduh mencurigai
                                             hal-hal  yang belum tentu kebenarannya persoalan  kauseng saya
                                             telah  memutuskannya  dan  saya  tak  akan  mencabutnya  kembali
                                             (Puang  Cazdia  berpaling  menguatkan  hati  anaknya)  anakku
                                             siapapun ibu di dunia ini ini tak akan ada yang ingin kehilangan
                                             anaknya tapi ini sudah suratan takdir dengan rela saya  harus
                                             menyerahkan  mu  kepada  yang  kehendak  hukum  anakku  kita
                                             bisa kehilangan segala-galanya tapi kita tidak bisa kehilangan
                                             kehormatan dan nama baik karena itulah yang akan abadi dan
                                             bisa kita wariskan kepada generasi berikutnya”.
                         Ka'useng         :  “Tapi   buang  aku  tidak  ingin  meninggalkanmu  Tolong
                                             selamatkan  saya”!  (Ka'useng  menangis).
                         Puang Gamma      :  “Anakku saya telah memperjuangkan mu tapi hukum di atas
                                             segala-galanya kita pun tak bisa luput dari tuntutan hukum adat
                                             di daerah ini”.
                         Puang Cazdia     :   “Kalian bersiaplah untuk  melakukannya  dan engkau anakku
                                             berbaringlah  di  atas  pangkuanku  sebagai  pangkuan  yang
                                             terakhir“!
                                             (Dengan  kesadaran  hukum  adat  yang  tinggi  tiba-tiba  tegar
                                             hatinya menerima kenyataan yang dihadapinya dan bersiap
                                             untuk dihukum).
                         Ka'useng         :  “Demi  Ibunda  yang  agung  sifatnya,  mulia  hatinya,  teguh
                                             pendiriannya,  lembut  kasih  sayangnya,  rela  menampung
                                             seluruh  penderitaannya,  teguh  keputusannya,  dan  adil
                                             kebijaksanaannya aku rela menebus dosaku..! (melangkah ke
                                             arah ayahnya sambil memeluknya erat).
                         Puang Gamma      :  “Anakku.. anakku.. anakku..! (semakin lemah suaranya dan dan
                                             meneteskan air mata).
                         Ka'useng         :  “Selamat tinggal Puang..”!


                         Ka'useng menuju ke pangkuan ibunya lalu berbaring Puang Cazdia memberi isyarat
                         kepada  warga  untuk  melakukan  hukuman  terhadap  Ka'useng,  warga  saling
                         memandang dan bergerak

                         Koor Warga       :  “Atas nama hukum sebagai warisan leluhur yang telah
                                             disepakati bersama kami melakukannya”.

                         Warga secara bersama menusukkan tombak ke perut keroyok dan bersimbah darah
                         sejenak menahan perih kemudian nyawanya lepas.
                         Ka'useng meninggal di pangkuan ibunya, Puang Cazdia menatap anaknya yang tak
                         bernyawa  lalu  mengusap  mukanya  walaupun  hatinya  tercabik-cabik  dan  perih
                         menahan sakit namun tetap berusaha tegar.
                         Puang Cazdia     :  Semoga engkau anakku hidupmu damai di alam sana"!






                                             Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
                                                                                                                 50
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59