Page 51 - Bahan Ajar Bu Erna
P. 51

40






                         Puang Cazdia     :  “Ka'useng anakku apa yang terjadi? Di tanganmu keris
                                             berlumur darah (dengan penuh rasa cemas).
                         Ka'useng         :  “Aku terbawa emosi dan tak sadar melakukannya”.
                         Puang Cazdia     :  “Apakah engkau telah membunuh”?
                         Ka'useng mengangguk dan ibunya semakin cemas.
                         Puang Cazdia     :  “Ka'useng... KA'ueng! Puang... Puang… ”!
                         Puang  Gamma  datang  dengan tergopoh-gopoh.
                         Puang Gamma      :  ”Ada apa memanggil-manggil seperti itu haah? Orang lagi
                                             istirahat diganggu”!
                         Puang Cazdia     :  “Lihat itu...! Anak kita telah jadi pembunuh dia telah
                                             mencoreng arang di muka kita. (sambil menunjuk anaknya
                                             mendekati Puang Gamma).
                         Puang Gamma      :  “Engkau telah membunuh kauseng, (mendekati Ka’useng)
                                             kenapa engkau lakukan itu? Untung engkau bisa selamat
                                             sampai disini”
                         Ka'useng         :  “Tolong selamatkan aku Puang”! (Bersimpuh di kaki ayahnya)
                         Puang Gamma      :  “Engkau  telah  terselamatkan  oleh  hukum  adat  jadi  tak  perlu
                                             engkau  takut.  (Puang  Gamma  menghadap  kepada  warga)
                                             kalian  pulanglah  persoalan  selanjutnya  akan  ditangani  oleh
                                             pemangku adat”.


                         Warga meninggalkan tempat. Sementara Puang Gamma dan Puang Cazdia (kedua
                         orang tua Ka’useng) mendiskusikan masalah hukuman yang akan dijatuhkan
                         kepada Ka’useng.

                         Puang Gamma      :  “Bangun dan tegar lelah sebagai seorang laki-laki engkau harus
                                             secara jantan mempertanggungjawabkan perbuatanmu”!
                         Ka'useng         :  (dengan perlahan kauseng bangkit) “Tapi apa Ka’useng bisa
                                             terbebas dari hukuman”?
                         Puang Gamma      :  “Engkau tidak usah khawatir bukankah segalanya ada dalam
                                             kekuasaan kita mau putih atau hitam itu terserah kehendak
                                             kita”.
                         Puang Cazdia     :  “Tapi Puang bukankah hukum lebih diatas daripada kekuasaan
                                             dan hukumlah yang harus mengendalikan bukan sebaliknya
                                             Puang”!
                         Puang Gamma      :  “Itu benar, tapi masyarakat telah mempercayai kita dan mereka
                                             tunduk dan patuh pada titah kita”.
                         Puang Cazdia     :  “Itu benar Puang tapi tidak sesederhana itu kita menjalaninya,
                                             justru  kepercayaan  itulah  yang  harus  kita  jaga  agar  tidak
                                             menyalah gunakannya dan kekuasaan itulah yang harus
                                             dihindari agar tidak selalu menggunakannya”.
                         Puang Gamma      :  “Lalu apakah kita rela dengan serta merta menyerahkan anak
                                             kita satu-satunya kepada masa lalu dibunuh sebagai satu-
                                             satunya jalan untuk menebus kesalahannya”?





                                             Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
                                                                                                                 47
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56