Page 12 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 12

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              menunjukkan situasi yang berbeda-beda dari satu ruang dengan ruang lain. Yang
              sering terjadi memunculkan  keharmoniasan, namun tak jarang ketegangan,
              bahkan konflik. Namun, pada akhirnya secara relatif menampilkan kestabilan―
              bukan saja di Indonesia Timur melainkan pada sebagian besar wilayah Nusantara.

                 Seiring perkembangan  zaman, Islam pun mengalami  proses  modernisasi.
              Aspek ini tak bisa diabaikan sebagai substansi pertumbuhan dan perkembangan
              sejarah kebudayaan di timur Indonesia. Tanda-tanda kemodernan Islam itu bisa
              dilihat pada berdirinya institusi pendidikan Islam, reformasi pesantren, tampilnya
              intelektual Islam, dan sebagainya. Patut dicatat bahwa proses modernisasi ini
              juga memakan waktu yang panjang, tidak jarang memunculkan konflik internal
              Islam.  Hal itu menyiratkan bahwa  terdapat  keragaman  mazhab  atau  sekadar
              pandangan dalam Islam yang masuk ke Kepulauan Nusantara.

                 Akhirnya,  sejarah kerap  menyimpan tragedi.  Perkembangan  masyarakat
              di timur Indonesia tak luput dari letusan senapan dan ledakan  meriam  yang
              dilancarkan bangsa Barat. Hal itu membuat masyarakat di sana bahu-membahu
              meladeni peperangan melawan penjajah baik Belanda maupun Portugis. Para
              sultan di pelbagai  kerajaan di timur Indonesia telah tampil  sebagai  panglima
              perang  yang  gagah  berani  dan pahlawan bagi  rakyatnya.  Barangkali benar
              adagium yang menyatakan bahwa perang, pada masa lalu, bersanding dengan
              ekonomi dan budaya.
                 Dengan  rendah  hati,  buku  ini belum  memenuhi  harapan  “ideal”  atas
              kerangka  isi  yang  telah disebutkan.  Masih  ditemukan  rumpang  di sana-sini.
              Kendala waktu penelitian yang terbatas serta kesulitan menemukan sumber baru
              belum memungkinkan hasil yang optimal. Namun, tanpa mengurangi apresiasi
              terhadap  upaya penulisnya,  buku  ini  dapat dipandang  sebagai  rintisan  untuk
              melanjutkan program penelitian dan penulisan sejarah peradaban serupa pada
              edisi mendatang. Kritik dan saran pembaca sangat diharapkan sehingga dapat
              memacu kinerja yang lebih baik.




                                                          Jakarta, November 2016




                                                          Editor





                                               xii
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17