Page 82 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 82

diberi  nama Gouvernement  der Molukken,  dan sejak itu pula
             muncul  kebiasaan  untuk menggunakan  istilah  Maluku  bagi
             seluruh  kepulauan  antara  Sulawesi  dan  Irian  Jaya.  Ketiga
             bagian dari  masa voe itu  lalu  dijadikan residentie,  masing-
             masing dengan seorang re~iden yang berkedudukan di Temate,
             Ambon dan Banda.  (Leirissa, 1971).
                 Sejalan dengan perkembangan administratif itu, penduduk
             yang mendiami kepulauan antara Sulawesi dan Irian Jaya mulai
             dinamakan orang Maluku (Molukkers), sekalipun sesungguhnya
             dari segi budaya terdapat perbedaan yang cukup besar antara
             ketiga  wilayah  tersebut.  Kemudian  orang  juga  mulai
             menggunakan  istilah  orang  Ambon  (Ambonezen)  untuk
             penduduk di Maluku Tengah.  Dalam hal pada mulanya istilah
             itu hanya digunakan untuk penduduk kota Ambon saja yang
             memiliki budaya meztizo.  (Ludeking, 1868).

                 Dalam  perkembangan  sejarah  (terutama  dalam  abad
             ke-20)  istilah  Ambon  mengacu  penduduk  Maluku  Tengah.
             Sekalipun demikian, istilah itu tidak mengacu pada satu sistem
             budaya yang utuh, karena terdapat cukup banyak perbedaan,
             pertama-tama antara penduduk yang beragama Kristen dan
             yang  beragama Islam,  penduduk  pesisir  dan  pedalaman
             (terutama di pulau Seram),  penduduk di pulau-pulau utama
             Maluku  Tengah  (Ambon,  Haruku  dan  Nusalaut)  dan pulau-
             pulau di sekitarnya, dsb.
                 Asal-usul  atau etimologi  dari istilah Ambon tidak mudah
             ditentukan.  Salah  satu  keterangan  yang  umum  diberikan
             penduduk wilayah itu adalah bahwa istilah itu berasal dari kata
             ombong, suatu bentukan lokal dari kata embun.  Keadaan cuaca
             pulau Ambon memang membantu ke arah itu.  Pada saat-saat
             tertentu puncak-puncak gunung-gunung di pulau itu ditutupi
             embun yang tebal sehingga kota Ambon praktis tertutup atau
             gelap.  Di masa kini keadaan itu sering bisa mengganggu lalu-
             lintas udara sehingga kadang-kadang pesawat udara tidak bisa
             mendarat dan terpaksa melanjutkan penerbangan ke Irian Jaya.




                                            66
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87