Page 87 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 87
Maka tidaklah mengherankan kalau wilayah pedalaman
pulau Seram dan pulau Buru tidak terdapat tanda-tanda
adanya pengaruh voe. Hindia Belanda pun baru masuk di
kedua pulau itu setelah pertengahan abad ke-19. Masyarakat
dan budaya wilayah pedalaman itu, dengan demikian, berbeda
dengan penduduk pada masyarakat budaya pesisiran, terutama
di pulau-pulau inti tersebut. Seperti halnya di Maluku Utara,
masyarakat dan budaya pedalaman itu oleh masyarakat
pesisiran ( dan Belanda) dinamakan alifuru.
Sistem budaya dari masyarakat alifuru, seperti halnya
masyarakat halefuru di Maluku Utara, sangat berbeda dengan
negeri-negeri pesisir tersebut. Perbedaan itu terutama terletak
pada agama dan bahasa. Di negeri-negeri pesisir berkembang
agama Islam maupun agama Kristen, sedangkan di pedalaman
terdapat berbagai macam bahasa suku (yang disebut sebagai
bahasa-bahasa Nunusaku) dan agama suku. Baru sejak
pertengahan abad ke-19 ada upaya untuk mengintegrasikan
suku-suku pedala-man tersebut dengan pola bahasa dan
budaya pesisiran. (de Vries, 1927; Tauem, 1918; Sachse, 1907).
Keadaan politik yang khas di Maluku Tengah itulah yang
tidak memungkinkan timbulnya suatu pergolakan sosial yang
berlangsung lama seperti di Maluku Utara (Nuku dan Raja
Jailolo). Selain tidak mengenal sistem pemerintahan kerajaan
dengan berbagai konsentrasi kekuasaan seperti di Maluku
Utara, penduduk di wilayah perbatasan seperti di Seram dan
Buru tidak memungkinkan pengembangan motivasi yang
menjurus pada pergerakan sosial semacam itu.
Namun demikian, tidaklah berarti bahwa masyarakat
pedalaman tidak menjadi permasalahan politik bagi voe dan
kemudian Hindia Belanda. Khususnya di Seram Barat terdapat
sebuah lembaga budaya yang dinamakan kakehan yang hanya
terdapat di Seram Barat. Arti kata itu sendiri tidak jelas,
namun maksudnya dapat dipahami dari kegiatan anggota-
anggotanya yang terekam dalam dokumen-dokumen Belanda
hingga akhir abad ke-19. Intinya adalah suatu ritus yang harus
dijalani para pemuda agar bisa diterima sebagai anggota
71