Page 92 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 92
4.2 Bahasa-bahasa Loka/ dan Kapata
Seperti telah dikemukakan di dalam bab III, bahasa-bahasa
di Maluku Tengah termasuk dalam rumpun bahasa-bahasa
Austronesia, seperti halnya di seluruh Nusantara. Namun
demikian, bahasa-bahasa lokal tersebut kini hanya terdapat di
kalangan penduduk Islam saja, serta penduduk Seram atau
Buru. Beberapa negeri Kristen di Ambon dan Uliase juga masih
menggunakannya secara insidental, khususnya dalam hal
upacara panas pela. Di samping itu digunakan pula bahasa
Melayu yang juga termasuk bahasa-bahasa Austronesia. Dalam
bagian ini akan dibahas bahasa-bahasa lokal saja, sedangkan
bahasa Melayu akan dibahas dalam bagian berikut.
Demikian anehnya bahasa-bahasa lokal di Maluku Tengah
sehingga para ahli linguistik yang mempelajarinya menyebutnya
sebagai bahasa-bahasa Proto-Austronesia. Sudah sejak awal
abad ke-19 sejumlah orang Belanda berusaha memahami
bahasa-bahasa itu, seperti umpamanya Van Ekris (1864-1865),
Van Hoevell (1877), dll. Sejumlah ahli linguistik juga mencoba
mempelajarinya dalam rangka penyusunan suatu klasifikasi
umum mengenai bahasa-bahasa Proto-Austronesia itu, tetapi
yang khusus mempelajari bahasa-bahasa itu di Maluku Tengah
adalah Streseman (1927) dan Collins (1983).
Pada umumnya para ahli bahasa tersebut sepakat bahwa
bahasa-bahasa lokal di Maluku Tengah memang termasuk
bahasa-bahasa Proto-Austronesia. Malah salah seorang
di antaranya menamakan bahasa-bahasa itu sebagai
sub-kelompok Maluku Tengah. Penamaan itu diikuti pula oleh
Collins yang mencoba melengkapi hasil penelitian Streseman
sebelumnya.
Penelitian mengenai bahasa-bahasa lokal di Maluku Tengah
tersebut memang belum tuntas. Berbagai peneliti memiliki
kriteria sendiri, dan dengan demikian mengemukakan aspek-
aspek tertentu pula dari bahasa-bahasa itu. Penelitian Collins,
umpamanya hanya berdasarkan aturan bunyi (Phonology) dari
bahasa-bahasa tersebut, namun klasifikasinya adalah yang pal-
ing lengkap sampai saat ini. (Collins, 1983).
76