Page 208 - Kelas X Sejarah Indonesia BS press
P. 208

pengaruh   Kerajaan  Aceh  penggantinya.  Pada abad  ke-17
                                    M,  terdapat ulama terkenal  di  Sumatra Barat salah  seorang
                                    murid  Abdurrauf al-Sinkili  yang  terkenal  bernama Syaikh
                                    Burhanuddin   (1646-1692)  di  Ulakan.  Ia mendirikan  surau
                                    dan  tak disangsikan  lagi  Ulakan  merupakan  pusat keilmuan
                                    Islam di Minangkabau. Tarekat Syattariyah yang diajarkannya
                                    tersebar di  daerah  Minangkabau   dan  ajaran  tasawufnya
                                    cenderung   kepada syariah  dan  dapat dikatakan   sebagai
                                    ajaran  neo-sufisme.  Syaikh  Burhanuddin  dalam masyarakat
                                    setempat dikenal  sebagai  Tuanku  Ulakan.  Penyebaran  Islam
                                    yang  bersifat pembaruan  dan  menjangkau  lebih  jauh  lagi
                                    mencapai klimaksnya pada awal abad ke-19.

                                          Sejak awal  abad  ke-16  sampai  awal  abad  ke-19  di
                                    daerah Minangkabau senantiasa terdapat kedamaian, sama-
                                    sama saling menghargai antara kaum adat dan kaum agama,
                                    antara hukum adat dan   syariah  Islam sebagaimana tercetus
                                    dalam pepatah   “Adat bersandi  syara,  syara bersandi  adat”.
                                    Sejak awal  abad  ke-19  timbul  pembaruan  Islam di  daerah
                                    Sumatra Barat yang   membawa pengaruh     Wahabiyah   dan
                                    kemudian   memunculkan    “Perang  Padri  “,  perang  antara
                                    golongan adat dan golongan agama. Wilayah Minangkabau
                                    mempunyai seorang raja yang berkedudukan di Pagarruyung.
                                    Raja tetap  dihormati  sebagai  lambang  negara tetapi  tidak
                                    mempunyai    kekuasaan,  karena hakikatnya kekuasaan  ada
                                    di  tangan  para panghulu  yang  tergabung  dalam Dewan
                                    Penghulu atau Dewan Negari.


                                          Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau
                                    lambat laun   terjadi  kebiasaan  buruk seperti  main  judi,
                                    menyabung   ayam,  menghisap  madat dan  minum-minuman
                                    keras.  Para pembesarnya tidak dapat mencegah      bahkan
                                    di  antaranya turut serta.  Terkait dengan  hal  itu,  kaum
                                    ulamanya yang kelak dinamakan kaum “Padri” berkeinginan
                                    mengadakan      perbaikan    mengembalikan      kehidupan
                                    masyarakat Minangkabau kepada kemurnian Islam. Di antara


             200 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213