Page 209 - Kelas X Sejarah Indonesia BS press
P. 209

kaum ulama itu Tuanku Kota Tua dari kampung Kota Tua di
                       dataran  Agam mengajarkan   kemurnian   Islam berdasarkan
                       al-Qur’an  dan  hadis.  Sementara itu,  pada 1803  tiga orang
                       haji kembali dari Makkah yaitu Haji Miskin dari Pandai Sikat,
                       Haji Sumanik dari Delapan Kota, dan Haji Piabang dari Tanah
                       Datar.  Ketika Haji  Miskin  melarang  penyabungan  ayam di
                       kampungnya, maka kaum adat melawan sehingga Haji Miskin
                       dikejar-kejar dan  ketika sampai  ke Kota Lawas  ia mendapat
                       perlindungan  dari  Tuanku  Mensiangan.  Dari  sini  Haji  Miskin
                       lari  ke Kamang  dan  bertemu  dengan  Tuanku  Nan  Renceh
                       yang  akhirnya melalui  pertemuan  beberapa tokoh  ulama
                       terutama di darah Luhak Agam dibentuklah kelompok yang
                       disebut “Padri” yang tujuan utamanya ialah memperjuangkan
                       tegaknya syara dan membasmi kemaksiatan. Mereka itu terdiri
                       atasTuanku  Nan  Renceh,  Tuanku  Bansa,  Tuanku  Galung,
                       Tuanku  Lubuk Aer,  Tuamku  Padang  Lawas,  Tuanku  Padang
                       Luar, Tuanku Kubu Ambelan, dan Tuanku Kubu Senang.

                            Kedelapan   ulama Padri   itu  disebut Harimau  Nan
                       Salapan. Perjuangan kaum Padri itu makin kuat, tetapi pihak
                       kaum Adat dibantu   Belanda untuk keuntungan   politik dan
                       ekonominya.  Hal  ini  membuat kaum Padri   melawan   dua
                       kelompok sekaligus  yaitu  kaum Adat dan   kaum penjajah
                       Belanda termasuk perlawanan    bangsa Indonesia terhadap
                       kolonialisme Belanda. Pada awal abad ke-19, Belanda dengan
                       adanya celah pertentangan antara kaum adat dengan kaum
                       ulama dalam Perang    Padri,  memakai  kesempatan   demi
                       keuntungan   politik dan  ekonominya.  Tahun  1830-1838,
                       ditandai  dengan  perlawanan  Padri  yang  meningkat dan
                       penyerbuan Belanda secara besar-besaran. Perlawanan Padri
                       diakhiri  dengan  tertangkapnya pemimpin-pemimpin   Padri
                       terutama Tuanku  Imam Bonjol  dalam pertempuran  Benteng
                       Bonjol, pada 25 Oktober 1837. Dengan demikian, pemerintah
                       Hindia Belanda pada akhir 1838     berhasil  mengukuhkan
                       kekuasaan  politik dan  ekonominya di  daerah  Minangkabau
                       atau  di  Sumatra Barat.  Tuanku  Imam Bonjol   kemudian


                                                                                  Sejarah Indonesia  201
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214