Page 8 - A039_Virna Iris Kristalina
P. 8

Pembangunan  manusia  di  Sulbar  terus  mengalami  peningkatan  hingga
                        tahun 2017 yang ditandai dengan capaian IPM Sulbar sebesar 64,30. Berdasarkan
                        klasifikasi BPS, angka tersebut termasuk ke dalam kategori sedang (60≤IPM≤70).

                        Jika dibandingkan dengan target pemerintah Sulbar dalam RPJMD 2017-2022,
                        capaian  tersebut  masih  berada  di  bawah  target  tahun  2017  sebesar  64,80.
                        Terhitung sejak 2010 hingga 2017, laju pertumbuhan IPM Sulbar masih dibawah

                        pertumbuhan  nasional.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  pembangunan  SDM  di
                        Sulbar masih tertinggal dibandingkan rata-rata provinsi lainnya di Indonesia.


                        Gambar 4. Capaian IPM per Komponen Provinsi Sulbar Tahun 2017


















                        Sumber: BPS Sulbar dan Nasional 2019


                               Dari Gambar 4 terlihat bahwa seluruh komponen dalam menghitung Indeks
                        Pembangunan Manusia (IPM) yaitu angka harapan hidup, harapan lama sekolah,
                        rata-rata  lama  sekolah,  dan  pengeluaran  per  kapita  di  Provinsi  Sulbar  masih

                        berada dibawah capaian nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas SDM di
                        Provinsi Sulbar masih dibawah nasional.


                        2.5 Analisis Hubungan Pendapatan, Konsumsi, Status Gizi, dan Kualitas
                        SDM
                            Berdasarkan  data-data  yang  telah  terkumpul,  terlihat  bahwa  pendapatan

                        perkapita,  konsumsi,  status  gizi,  dan  kualitas  SDM  di  Provinsi  Sulbar  masih
                        dibawah capaian nasional. Jika ditarik hubungan mulai dari pendapatan hingga

                        kualitas SDM, terlihat bahwa pendapatan perkapita yang rendah memiliki dampak
                        terhadap konsumsi pangan, status gizi, dan kualitas SDM di daerah tersebut.


                            M. K. Bennet dalam Soekirman (2000) mengemukakan bahwa peningkatan
                        pendapatan  akan  mengakibatkan  individu  cenderung  meningkatkan  kualitas
                        konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada

                        tingkat  pendapatan  per  kapita  yang  rendah,  permintaan  terhadap  pangan



                                                               5
   3   4   5   6   7   8   9   10   11