Page 14 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 DESEMBER 2019
P. 14

"Selama ini mereka hanya ingin mendapatkan sertifikat saja, bahkan cenderung
               dibuat palsu. Nah itu harus diperbaiki semua. Oleh kerana itu, kita harus
               manfaatkan BLK (Balai Latihan Kerja) secara optimal sehingga mereka benar-benar
               siap, mempunyai kemampuan untuk dikirim ke luar negeri, baik dari sisi
               pengetahuan maupun skill-nya," tuturnya.

               Selain itu, Saiful juga menekankan agar pemerintah fokus dalam pemetaan sector
               kerja bagi para tenaga migran.

               "Kita perlu pemetaan sektor mana yang harus kita garap betul sehingga kita nggak
               asal," urainya.

               Direktur Eksekutif Migrant CARE Wahyu Susilo mengatakan, seharusnya pemerintah
               Indonesia juga harus menyiapkan transformasi tata kelola migrasi tenaga kerja yang
               sebelumnya bersifat sentralistik menjadi desentralisasi. Transformasi ini
               membutuhkan kesiapan dari pemerintah daerah, mulai dari provinsi, kabupaten/kota
               hingga pada tingkat desa. Namun demikian hingga saat ini juga belum ada langkah
               signifikan dalam proses transformasi ini.

               "Langkah pendirian Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di beberapa daerah kantong
               pekerja migran belum diikuti dengan pemaksimalan fungsi-fungsi layanan publik di
               daerah untuk mendukung berlangsungnya mekanisme pelayanan penempatan
               pekerja migran berbasis perlindungan di daerah," katanya.

               Menurut Wahyu, amanat Undang-Undang No 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan
               Pekerja Migran Indonesia, pendidikan dan pelatihan juga akan lebih banyak
               dilakukan di daerah, namun hingga saat ini pemerintah masih lebih mengutamakan
               BLKN milik swasta untuk proses penyiapan calon pekerja migran.

               Programmer Officer ILO, Irham Ali Saifudin, mengatakan, ada beberapa faktor
               perubahan yang harus dicermati dalam konteks pekerja migran.

               Pertama adalah globalisasi, dimana dalam industri, rantai distribusi sudah sangat
               kompleks dan apa yang terjadi di satu negara tak bisa lepas dari kejadian di negara
               lainnya.

               "Kedua soal cepatnya pertumbuhan teknologi informasi. Kabar baiknya, pekerjaan
               informal yang selama ini menjadi basis utama pekerja migran Indonesia, itu
               merupakan pekerjaan yang tidak bisa diganti mesin atau robot," jelasnya.

               Karena itu, jelas Irham, yang jadi pekerjaan rumah kemudian bagaimana agar
               sektor pekerjaan informal ini tidak dianggap sebelah mata dan tidak hanya dianggap
               sebagai low skill worker. Selanjutnya adalah soal demografi, dimana Indonesia ada
               di antara negara asian yang paling menikmati bonus demografi pada 2030 sampai
               2045. Pada saat itu usia angkatan kerja Indonesia meningkat dan akan memberi

               kontribusi aktif terjadap pertumbuhan ekonomi.




                                                       Page 13 of 82.
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19