Page 139 - e-book sungai musi
P. 139
Guna menghijaukan Palembang, bukan hanya upaya penanaman
pohon, juga harus dilakukan upaya pencegahan penebangan dan
perusakan. Hal ini dapat dilakukan pemerintah Palembang dengan
menerapkan satu regulasi yang isinya melarang atau memberikan
sanksi berat terhadap mereka yang melakukan penebangan atau
perusakan pohon. Perda tersebut selain mengatur soal penanaman
pohon, larangan perusakan maupun penebangan pohon, juga
mengatur penataan kota dengan melihat kelestarian rawa, sungai, dan
hutan kota.
Menanam bambu untuk mengatasi pendangkalan sungai musi
Kala melaju di Sungai Musi, Palembang, sedikit sekali
ditemukan pohon-pohon tumbuh di bantaran sungai. Pemandangan
didominasi rumput, enceng gondok maupun tumpukan sampah.
Pepohonan yang minim di bantaran Sungai Musi diperkirakan
menjadi penyebab pendangkalan sungai. Kini kedalaman sungai
berkisar 14-20 meter. Pendangkalan ini, karena pembuangan sampah,
dan endapan lumpur yang dibawa arus dari huluan sungai. Akibatnya,
kapal besar berbobot sekitar 6.500 metrik ton (MT), sulit melaju di
Sungai Musi.
Beranjak dari kondisi ini, PT Pusri Palembang menanam
bambu rebung (Dendrocalamus asper) di bantaran Sungai Musi.
Tahap awal penanaman di Palembang dan Kabupaten Banyuasin.
Tahun 2014 PT Pusri Palembang menargetkan penanaman 6.000
pohon. Program ini program berkelanjutan setiap tahun.
Penanaman bambu ini selain mencegah pendangkalan sungai,
penghijauan, juga sumber ekonomi dan pangan. Rumpun bambu
terbukti mampu menahan erosi dan mengontrol air. Ia juga penghasil
oksigen yang baik, dan menampilkan pemandangan indah. Tidak
kalah penting bambu ini dapat dijadikan sumber ekonomi. Banyak
industri perkayuan menggunakan bambu betung. Bahkan rebung atau
pucuk bambu bisa jadi makanan berkuah santan yang dapat
dikonsumsi sendiri maupun dijual ke konsumen. Bambu yang
berumur sekitar lima tahun dapat dipanen tanpa perlu merusak
rumpun. Bambu tidak gampang terbakar serta mampu meredam
SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan 107