Page 166 - Toponim Magelang
P. 166

154         Toponim Kota Magelang












                                hidung berdarah, bisa diobati pula dengan ini. Caranya, dua lembar daun segar dicuci,
                                digulung, lantas dimasukkan ke lubang hidung. Dalam tradisi Jawa, lazim memakan
                                daun sirih, khususnya perempuan. Kinang merupakan makanan atau ramuan tradisional
                                untuk dikunyah di mulut, tidak ditelan, dan seperti menikmati permen karet. Menarik
                                bahwa kebiasaan mengunyah kinang dijumpai  pada  gelaran Sekaten yang dihelat
                                Keraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Bahkan, dalam perhelatan
                                budaya itu kinang dijajakan. Waktu cepat melaju, tradisi lawas tersebut kini dilupakan
                                sebagian warga.

                                Sebetulnya  terkandung  makna  filosofis dalam  bahan  kinang  itu. Mitologi Jawa
                                memercayai bahan ramuan tersebut menyimbolkan kehidupan manusia yang pahit,
                                sepet, getir, getas, dan asin.  Bertemunya rasa  merupakan makna  yang terbungkus
                                dalam daun sirih. Fakta kultural itu melukiskan rasa keingintahuan manusia yang acap
                                tersembul pada Gusti Allah. Tafsir lainnya, tempat bergantungnya hati. Makna dari
                                bunga kantil ialah keinginan bersama Tuhan. Ringkasnya, harapan manusia Jawa nginang
                                menyanding bunga kantil, yakni senantiasa teringat Gusti Murbeng Dumadi, tindak
                                tanduknya di dunia supaya tidak menyimpang.                                Sumber: Direktorat Sejarah 2018





























                       Suasana di
                  Kampung Ganten
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171