Page 163 - Toponim Magelang
P. 163

Toponim Kota Magelang    151











                     Fenomena sejarah di Kampung Patenjurang semasa kolonial yang perlu dikabarkan ialah
                     adanya perusahaan pengolahan susu “Bener” yang dikelola Tan Marie Nio. Perusahaan
                     susu di kampung ini menjadi pintu masuk memahami kenyataan orang-orang Eropa
                     di Magelang yang punya kegemaran minum susu. Mereka memiliki kebiasaan untuk
                     meminum susu di pagi hari dan sebelum tidur, terutama oleh anak-anak yang masih
                     dalam masa pertumbuhan. Selain itu, susu juga dipakai sebagai bahan olahan makanan
                     lainnya.  Kebutuhan akan susu begitu tinggi lantaran banyaknya orang Eropa yang
                            102
                     tinggal di Magelang, memberikan peluang bisnis  mendirikan pabrik penyedia susu
                     seperti di Kampung Pagerjurang.

                     Pemahaman umum bahwa jurang atau tebing adalah formasi bebatuan yang menjulang
                     secara vertikal. Jurang  terbentuk akibat dari faktor  erosi tanah. Jurang  lazimnya
                     ditemukan di daerah pantai, pegunungan, dan sepanjang sungai. Jurang dibentuk
                     oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca. Sifat umum manusia
                     merespon kondisi alam  berupa  jurang  berukuran  besar tidaklah  banyak  dilakukan,
                     karena jurang  yang luas  itu mengundang bahaya. Sementara  dari segi aksesbilitas,
                     jurang juga tidak mendukung untuk dijadikan lahan garapan seperti pategalan atau
                     perkebunan yang menghasilkan bahan makanan. Seiring perjalanan  waktu dan
                     perkembangan pemukiman penduduk Kota Magelang, Kampung Jurangombo mulai
                     dijamah masyarakat. Bahkan, dalam Arsip Staatsblad Hindia Belanda 1927 No. 2 Tentang
                     Pemerintah Dalam Negeri, Desentralisasi Batas-Batas Kedu untuk Ibu kota Magelang,
                     menempatkan Kampung  Jurangombo bersama  Desa Bulurejo sebagai batas Sungai
                     Progo dan Sungai Bening. Artinya, pemerintah kolonial memposisikan Jurangombo
                     dalam konteks geospasial Magelang.


                     Keberadaan Kampung Jurangombo yang tersurat dalam  dokumen administrasi
                     kolonial menegaskan masyarakat setempat saat itu sudah mampu menundukkan atau
                     beradaptasi dengan ekologi jurang besar. Desakan populasi di kota yang kian bertambah
                     mengharuskan masyarakat memanfaatkan lahan untuk pemukiman. Dijelaskan lebih
                     lanjut, batas sebelah selatan adalah jalanan desa dari Sungai Elo sampai titik temu jalan
                     dengan jalan ke Yogyakarta terus ke tepi barat. Dari jalan itu ke jurusan selatan hingga
                     Sungai Soka mengikuti sungai ini ke hulu sampai Sungai Tangsi. Selanjutnya, tepi kanan
                     tangsi ini dan selokan kecil yang mengalir urut batas utara dari Dukuh Seneng hingga
                     Sungai Bening. Kampung Jurangombo pada gilirannya menjadi nama kelurahan yang

                     102  Arsip Magelang Midelpunt van de Tuin van Java (Stadsgemeente Magelang, 1936).
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168