Page 44 - Toponim Magelang
P. 44

32         Toponim Kota Magelang












                                bentuk kesenian bergengsi tempo dulu, pertunjukan wayang hanya diselenggarakan
                                oleh mereka yang mampu menanggapnya dengan membiayai semua kebutuhan. Di
                                samping biaya membayar pelaku kesenian, pertunjukan wayang memerlukan ruang
                                dan perangkat yang kompleks dan luas sehingga jenis ekspresi karya seni ini hanya bisa
                                ditampilkan di lokasi strategis seperti di rumah atau pendopo bupati, alun-alun dan
                                tempat tinggal orang kaya lainnya.
                                                              1
                                Karena tipe pertunjukannya elitis, pelaku utama kesenian ini juga menduduki status
                                dan posisi terhormat dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalang sebagai pemimpin
                                sekaligus sutradara dari pertunjukan wayang merupakan sosok istimewa. Bukan hanya
                                memiliki kepandaian dan ketrampilan, tetapi sering pula bertemali dengan kekayaan
                                                                                       2
                                sebagai hasil kerjanya dan kesaktian gaib dari hasil tapa brata.  Namun yang utama
                                ialah posisi dalang punya kedekatan dan berelasi erat dengan elite sosial, baik pejabat
                                penguasa maupun orang kaya. 3


                                Sebagai konsekuensi dari statusnya yang terpenting ini, tempat tinggal dalang menjadi
                                suatu lokasi khusus yang populer karena keberadaan sosok itu di kampungnya, dan hal
                                ini berlaku pula di Magelang. Terlepas dari siapa nama sosok itu, dalang lebih kondang
                                dari status pekerjaannya, dan ini bisa terjadi secara turun-temurun. Seorang anak akan
                                mewarisi keahlian, profesi, sekaligus ketenaran ayahnya sebagai dalang. Tak ayal, dari
                                situ akan terbentuk dinasti keluarga dalang setelah meluas lewat kawin-mengawin.
                                Kampung Dalangan masyur lantaran adanya seorang dalang terkenal yang tinggal di
                                sana. Kemudian, berketurunan dan berkeluarga yang bercokol di tempat itu pula.

                                Di Kota Magelang, lokasi Kampung Dalangan  terdapat di dalam dan luar kota,
                                tergantung pada profesi dalang yang bermukim di sana.  Mengingat kedekatan sosok
                                                                                 4
                                dalang secara profesi dengan elite sosial kala itu, dapat diasumsikan bahwa lokasi tinggal



                                1  Bagoes Wiryomartono. Javanese Culture and the Meanings of Locality: Studies on the Arts, Urbanism,
                                Polity and Society (London: Lexington Books, 2016). hlm. 78.

                                2  Victoria M. Clara van Groenendael. The Dalang Behind the Wayang: the Role of the Surakarta and
                                the Yogyakarta Dalang in Indonesian-Javanese Society. (Dordrecht: Foris Publications, 1985). hlm. 5.

                                3   Barbara  Hetley.  Javanese  Performance  on  an  Indonesian  Stage:  Celebrating  Culture,  Embracing
                                Change. (Singapore: NUS Press, 2008). hlm. 69.
                                4  “Pager Goenoeng, een der mooiste districten van Magelang”, dalam de Indishe Coiurant, 24 Januari
                                1938, lembar ke-2.
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49