Page 55 - Toponim Magelang
P. 55

Toponim Kota Magelang     43











                     Jauh sebelumnya pada abad XVII, pakar  botani, Bontius, sudah menyinggung kata
                     lalab-lalab sebagai varietas sayuran tertentu (groenten) yang biasa dimakan orang Jawa
                     di sebelah barat dengan sambal sebagai pelengkapnya. Kandungan vitamin yang kaya
                     membuat lalap menjadi komposisi hidangan  tersendiri, sebagaimana  Catenius van
                     der Meijden memuatnya dalam buku Groot Vegetarisch Kookboek (Buku Besar Olahan
                     Sayuran, 1912). Tampaknya orang Eropa turut mengadopsi kebiasaan makan orang
                     Jawa ke dalam pola makan mereka.

                     Budaya lalapan yang dipelihara orang Jawa malah kian dikuatkan oleh orang Eropa.
                     Varietas sayuran, seperti labu, wortel, dan mentimun, kemudian dimasukkan sebagai
                     lalapan orang Belanda yang disebut sebagai “pengganti hidangan Belanda” (als surrogaat
                     voor Hollandse tafel). Ini menunjukkan bahwa kekhasan memamah aneka jenis lalapan
                     tidak berdiri sendiri sebagai budaya makan orang Jawa semata, tetapi alam kolonial
                     turut berperan nyata mempertahankan  citra khas itu. Musti diingat pula bahwa
                     Magelang merupakan wilayah yang banyak dihuni oleh kalangan Eropa. Maka, bagi
                     orang Magelang, daun pohpohan bukan hanya mewarnai meja makan, tapi juga dipatri
                     dalam ingatan menjadi nama kampung.




















                   Sumber: Direktorat Sejarah 2018






                                                                                                Suasana Kampung
                                                                                                Dumpoh
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60