Page 99 - D:\Kantor ku\5. Stunting\Stunti
P. 99
BAB IX : PENUTUP
Indonesia mempunyai bonus demografi untuk
membangun bangsa dan bersaing dengan negara-negara lain
di dunia. Diperkirakan pada tahun 2030 sebanyak lebih dari
60% penduduk Indonesia adalah usia produktif dan rasio
ketergantungan penduduk tidak produktif rendah. Namun
4 dari 10 balita di Indonesia mengalami stunting, yang relatif
akan tetap menjadi stunting pada masa remaja dan dewasa.
Bonus demografi ini menjadi potensial ancaman untuk
keberhasilan pembangunan ekonomi bangsa, karena stunting
di usia dini berdampak pada dewasa yang kurang produktif
dan menyandang penyakit sindrom metabolik.
Baik di dunia maupun di Indonesia, kasus stunting balita
paling tinggi dibanding bentuk malnutrisi lainnya seperti
gizi buruk, gizi kurang dan obesitas. Sebanyak 155 juta
(22,9%) balita di dunia pada tahun 2017 menderita stunting,
jumlah ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
wasting/kurus dan obese yang masing-masing 41 juta (6%)
dan 52 juta (7,2%) balita. Di Indonesia prevalensi stunting telah
mengalami penurunan dari 37,2% pada tahun 2013
(Riskesdas, 2013) menjadi 28% pada tahun 2016 (PSG, 2016).
Namun prevalensi ini sedikit meningkat pada tahun 2017
menjadi 29,6%.
WHA tahun 2012 telah mencanangkan deklarasi SDG’s
atau pembangunan berkelanjutan, salah satu targetnya
adalah menurunkan stunting di dunia sebesar 40% pada tahun
2025 dan mengentaskan segala bentuk malnutrisi pada tahun
94 STUNTING