Page 17 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 17
6 BAB 1
teknologi media sosial yang digunakan secara tidak bijak.
Dimanakah prinsip dan nilai kegotongroyongan yang dahulu
menjadi kebanggaan dan menjadi cirikhas bangsa Indonesia?
Dimanakah rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang dipererat
oleh bahasa Nasional dan daerah? Semuanya luntur tanpa disadari
oleh penggunaan teknologi yang tidak bijak. Secara etis, prinsip-
prinsip moral yang mengatur perilaku seseorang atau melakukan
suatu kegiatan tentu dapat diwujudnyatakan melalui penggunaan
bahasa, walaupun sebagian pengguna media sosial menganggap
bahwa penggunaan bahasa yang sembarangan adalah sesuatu
yang penuh dengan estetika dan seni dalam berbahasa. Hal seperti
inilah yang menurunkan kekentalan sikap bahasa seseorang. Ada
begitu banyak individu millennial di Indonesia yang tidak lagi
menghargai bahasa daerahnya sendiri karena dianggapnya
sebagai suatu lelucon ketika dialeknya memiliki aksen dan logat
yang berkesan aneh. Padahal hal itu seharusnya dianggap sebagai
identitas dan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
Secara epistemologis, bagaimana kita mengetahui bahwa
dengan berkembangnya teknologi maka penggunaan bahasa dan
pemertahanannya dapat semakin kuat? Bagaimana kita dapat
mengetahui apakah bahasa yang kita gunakan telah memenuhi
standar etika berbahasa atau tidak dengan hanya menggunakan
teknologi seperti media sosial? Bagaimana kita dapat mengetahui
bahwa rasa bahasa (sense of language) benar-benar menjadi
bagian dari kehidupan interaksi kita sehari-hari jika hanya
mengandalkan teknologi modern seperti media sosial dan
sejenisnya? Dapat dikatakan bahwa semua itu bersifat maya dan
tidak nyata. Kenyataannya hanya pada kondisi bahwa saat kita
melakukannya memang nyata pada waktu itu, tetapi substansinya
tidaklah nyata. Voloshinov (1929/1986) pernah berkata bahwa
‘bahasa hanya dapat eksis jika individu yang terorganisir secara
sosial terlibat dan berkomunikasi melalui penggunaan tanda. Objek
penelitian harus menjadi bahasa kehidupan nyata, dengan kata
lain, ucapan yang membawa makna dalam konteks sosial yang
ada, serta interaksi antara lawan bicara yang mengubah dan
bergeser dalam kondisi sosio-historis yang nyata’. Segala bentuk
komunikasi saat berinteraksi haruslah nyata. Nyata tanpa perantara
seperti mesin, dan nyata pada ruang dan waktu saat interaksi
berlangsung. Hanya inilah yang dapat membuat bahasa dapat
terus-menerus eksis sebagai alat komunikasi yang nyata dan
hidup.
Penggunaan bahasa yang tidak nyata dan tidak hidup hanya
terjadi ketika penggunaannya selalu melalui sebuah media selain