Page 63 - Pelangi Persahabatan – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Bombana
P. 63
PAK KADI YANG ADIL
Oleh : Muhammad Fadil Gibran
Pak Kadi adalah seorang imam yang juga sebagai hakim desa yang soleh, jujur,
dan adil. Ia memiliki dua anak lelaki bernama Ragil dan Rama. Kedua putranya sedang
beranjak remaja. Kedua putera Pak Kadi ini memiliki sifat yang berbeda. Ragil putera
pertama, sopan dan patuh. Sementara Rama adalah anak yang buruk perangainya.
Ketika Rama masih berusia balita ia sering sakit-sakitan sehingga sang ibu begitu
sangat mengasihi dan memanjakannya. Apapun yang diinginkan oleh Rama maka
akan dipenuhi oleh ibunya tanpa mempertimbangkan baik buruknya.
Pada suatu malam Rama mengajak kakaknya Ragil untuk ikut bersamanya
berkunjung ke pesta kampung tetangga desa mereka. Tetapi Ragil tidak mau karena
ia tahu bahwa di sana akan ada pesta tuak. Ragil lebih memilih belajar dan tidur ketika
mengantuk, sementara Rama akan membiarkan semua penghuni rumah tertidur dan
mengedap-endap keluar rumah agar tidak diketahui sedang melakukan pesta tuak
dan mabuk-mabukkan bersama teman-temannya.
Hampir setiap malam Rama keluar rumah tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Hingga suatu waktu ia ketahuan oleh ayahnya karena ayahnya bangun salat malam.
Ayahnya sangat marah sampai akhirnya ingin memukul Rama tetapi dihalangi oleh
ibunya. Ayahnya sudah kehabisan kata-kata untuk menasihati Rama tetapi ia tidak
pernah mengindahkan. Juga karena ibunya selalu mendukung segala apa yang
dilakukan Rama.
Hingga akhirnya desa yang dipimpin oleh Pak Kadi mendapat masalah. Dimana
ternak warga sering hilang karena diambil oleh orang tak bertanggung jawab. Baik
ayam, bebek, maupun kambing. Banyak warga akhirnya gelisah dan melaporkan
kejadian tersebut pada Pak Kadi. Semua warga sepakat untuk menjaga keamanan
kampung bersama-sama. Mereka sepakat untuk kembali mengaktifkan pos ronda dan
bergiliran menjaga kampung.
Seminggu berlalu desa sangat aman. Tidak ada lagi pencuri yang mengambil ternak
warga. Warga sangat ingin menangkap para pencuri ternak mereka. Sehingga warga
bersepakat memberhentikan sementara kegiatan ronda yang seperti biasa. Mereka
akan berpura-pura menghentikan ronda untuk memancing para pencuri ternak. Trik
tersebut disepakati oleh semua penduduk kampung. Tidak butuh waktu yang lama,
warga akhirnya menemukan enam orang remaja yang berusaha mencuri kambing
warga.
“Maling! Maling! Maling!” Teriak warga sambil membunyikan kentongan. Warga
mengepung enam orang bertopeng yang hendak mencuri kambing. Para pencuri telah
terkepung dan tidak bisa lagi berkutik.
“Jadi sudah kalian ini yang mencuri ternak kami selama ini?” Teriak salah satu
warga dan hendak memukul salah satu pencuri tersebut.
“Ampun Om, kami memang bersalah. Maafkan kami Om!” pencuri tersebut
memohon maaf seolah telah akrab dengan warga yang sedang berkumpul tersebut.
“Pokoknya kalian harus dihukum sesuai hukum di desa kita. Kalau tidak kalian tidak
akan tobat.” Sambung warga yang lain lagi.
Kemudian keenam pencuri tersebut digiring ke rumah Pak Kadi. Kaki dan tangan
mereka dibiarkan terikat hingga pagi dan warga telah berkumpul di rumah Pak Kadi.
43