Page 72 - Berbeda tapi Satu Jua – Kumpulan Cerpen Karya Murid SD di Kabupaten Kolaka
P. 72
JUJUR ITU SIFAT TERPUJI
Oleh : Rifka
Kring...kring...
Suara telepon berdering, Rifka bergegas mengangkatnya.
“Halo, Assalamualaikum.” Sapa Rifka membuka percakapan.
“Waalaikumsalam, Rif, ini dengan Fina.” Ucap Fina.
“Oh kamu Fin, ada apa?”
Lalu Fina mengutarakan maksudnya menelepon Rifka. Ia meminta Rifka untuk
berkunjung ke rumahnya karena mereka baru saja memanen langsat. Tentu saja Rifka
menyambut ajakan Fina tersebut dengan gembira. Usai menutup telepon, Rifka pun
bergegas naik sepeda menuju ke rumah Fina.
Namun sesuatu menghentikan kayuhan kaki pada pedal sepedanya, tampak di tepi
jalan sesuatu yang menyita perhatiannya. Ternyata benda yang dilihatnya itu adalah
sebuah telepon genggam yang tergeletak di atas rerumputan. Rifka pun segera
memungutnya, memastikan apakah benda itu asli atau hanya mainan. Rupanya
memang benar, itu adalah sebuah handphone yang mati, barangkali karena batrenya
habis, pikir Rifka. Ia memasukkan benda itu ke saku celana dan berniat akan mengisi
baterainya segera setelah tiba di rumah Fina.
“Assalamuaikum.” Ucap Rifka seraya mengetuk pintu rumah Fina.
“Waalaikumsalam. Ayo Rif, silakan masuk.” Jawab Fina
“Kau punya charger? Aku harus segera mengisi batre handphone ini.” Seru Rifka
“Kok, kamu panik begitu, memangnya ada apa? Tunggu sebantar, aku carikan
dulu apa yang kamu butuhkan itu.” Fina masuk ke kamar mengambilkan charger yang
diminta Rifka. Kemudian kembali duduk di sebelah Rifka.
“Coba aku lihat, wah... Handphone baru, ya? Pasti mahal harganya ini.” Fina meraih
handphone yang dipegang Rifka.
“Iya Fin, tapi itu bukan milik aku.” Ungkap Rifka.
“Jadi ini punya siapa?” Tanya Fina keheranan.
“Itu aku temukan di jalan tadi.”
“Wah, ini namanya rejeki nomplok, kalau handphone ini kita jual, harganya pasti
mahal. Kan, lumayan untuk jajan-jajan.” Kata Fina sambil memainkan keningnya.
“Tidak bisa begitu, benda ini milik orang lain. Dan pemiliknya pasti sedang
mencarinya. Ayo sini aku isi dulu batrenya, supaya handphone ini menyala dan bisa
menerima telepon.” Tutur Rifka yang kemudian menyambungkan kabel charger.
“Kamu terlalu jujur, Rif. Coba nanti berikan handphone itu padaku, nanti aku yang
akan menjualnya.” Sergah Fina antusias.
“Tidak. Aku tetap akan mengembalikannya pada pemiliknya.” Rifka tetap kukuh
dengan keinginannya untuk bersikap jujur.
“Ada apa, kenapa kalian ribut?” Tegur ibunya Fina yang mendengar kegaduhan
Rifka dan Fina.
“Ini, Tante, tadi di jalan aku menemukan handphone, tapi Fina bilang lebih baik kalau
53